Tuesday, March 21, 2006

Proklamasi di Rumah Bung Karno

Inilah gedung paling bersejarah bagi bangsa Indonesia. Karena dari gedung di Jl Pegangsaan Timur (kini Jl Proklamasi) No 56, Jakarta Pusat, diproklamirkan kemerdekaan RI oleh Soekarno - Hatta atas nama bangsa Indonesia. Peristiwa itu terjadi di bulan suci Ramadhan, Jumat tanggal 17 Agustus 1945. Bung Karno dan Ibu Negara Fatmawati mulai tinggal di bekas bungalo tua milik Belanda ini pada masa pendudukan Jepang. Setelah dia baru dibebaskan dari pembuangan di Bengkulu oleh Belanda. Putera sulungnya, Guntur Sukarnoputra lahir di gedung ini.

Banyak peristiwa bersejarah baik saat-saat menjelang kemerdekaan maupun paska kemerdekaan di gedung ini. Beberapa kali sidang kabinet dilaksanakan di gedung ini sebelum Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohamad Hatta hijrah ke Yogyakarta 3 Januari 1946. Mereka berangkat pada malam hari naik kereta api yang sengaja digelapkan dari stasiun kereta api Pegangsaan, yang terletak di belakang kediaman Bung Karno. Keberangkatan kereta api ini dirahasiakan untuk menghindari pasukan NICA yang datang dengan menggonceng pasukan sekutu. Kala itu Jakarta dalam keadaan tidak aman. Di mana-mana terjadi pertempuran antara NICA dan para pejuang yang sebagian besar bersenjata bambu runcing, dan sebagian senjata yang dirampas dari pasukan Jepang.

Hijrahnya Bung Karno dan Hatta ke Yogyakarta kemudian disusul para pejabat pemerintahan dan kaum republiken. Hingga kota perjuangan itu yang semula penduduknya 170 ribu dalam beberapa minggu berikutnya jadi 600 ribu jiwa.

Di Gedung Proklamasi ini pada tahun 1960 semasa gubernur Henk Ngantung telah dijadikan Gedung Pola untuk menyiapkan program pembangunan. Semacam Bappenas sekarang ini. Bung Karno tidak setuju ketika ada yang mengusulkan agar dijadikan sebagai 'Museum Bung Karno'. Henk Ngantung dalam memorinya menyatakan, setelah ia juga ikut mengusulkan dijadikan museum, Bung Karno menyatakan, 'rupanya kau juga ikut memamerkan celana kolorku'.

Willard A Hanna, seorang Amerika Serikat dalam bukunya 'Hikayat Jakarta' menyimpulkan bahwa pembongkaran tempat proklamasi ini karena Bung Karno tidak suka diingatkan kembali pada keadaan ketika menjelang proklamasi dia diculik para pemuda radikal. Karena itu gedung ini diratakan dengan tanah.

Bung Karno bersama Bung Hatta pada hari Kamis 16 Agustus 1945 sehabis makan sahur diculik sekelompok pemuda radikal pimpinan Sukarni ke Rengasdenglok, dekat Kerawang. Setelah tengah malam sebelumnya oleh para pemuda yang dipimpin Sukarni, ia dipaksa memproklamirkan kemerdekaan 16 Agustus 1945 karena Jepang telah menyerah pada Sekutu. Ikut dalam rombongan ke Rengasdenglok, Ibu Fatmawati yang menggendong Guntur yang masih berusia 9 1/2 bulan.

Di tempat bersejarah ini pada tahun 1957 diselenggarakan Musyawarah Kerukunan Nasi, setelah pada 1956 Bung Hatta meletakkan jabatan sebagai Wakil Presiden. Yang mengakibatkan pecahnya Dwitunggal: Soekarno-Hatta. Puncak acara musyawarah ini adalah penandatangan sebuah piagam oleh Soekarno-Hatta. Kemudian keduanya berziarah ke makam Jenderal Sudirman di Yogyakarta. Tapi munas ini hanya berupa janji-janji. Keadaan negara makin gawat, dan tidak berapa lama kemudian meletuslah pemberontakan PRRI/Permesta.

(Alwi Shahab )

No comments: