Inilah gambar Istana Gubernur Jenderal V0C di dalam benteng (kastil) Batavia. Di tempat inilah Gubernur Jenderal JP Coen dan para penggantinya pernah tinggal selama di Batavia. Kastil (benteng) Batavia termasuk istana, berbenteng berdinding batu tebal. Pada keempat sudutnya dibangun bastion (benteng pertahanan) yang diberi nama diamant (intan), robijn (batu delima), de parel (mutiara), dan Safier (batu nilam).
Bastion diamant atau intan sampai kini masih dikenal orang sebagai kawasan Kota Intan, yang merupakan bagian paling akhir dari terminal Jakarta Kota dekat Pasar Ikan. Luas kastil sekitar 3,6 ha terletak di sebelah timur muara Sungai Ciliwung atau sekitar Jl Tongkol dan Jl Lodan saat ini. Bagian utaranya berhadapan langsung dengan Laut Jawa.
Kastil Batavia yang dibangun Coen merupakan cikal bakal Kota Batavia yang kemudian berkembang ke arah selatan, dan kini Jakarta yang telah menembus berbagai pelosok pedesaan berpenduduk lebih 10 juta jiwa.
Pada saat awal dibangun 350 tahun lalu, mereka yang berdiam di dalam kastil antara 1.000 dan 2.000 orang termasuk asrama militer. Di samping istana sebagai bangunan utama, terdapat rumah Dewan Penasehat Hindia, para saudagar dan saudagar utama, kantor para pegawai, kediaman wali kota, anggota Dewan Hindia, kepala Seksi Akomodasi, pemegang pembukuan, pengacara umum, para kapten, dan kantor sekretariat. Juga terdapat dapur dan tempat pembuatan roti, ruangan untuk penjaga, penjara, gudang-gudang, gereja, gereja, toko besar, rumah tabib, toko obat, dan tidak ketinggalan rumah untuk bersenang-senang. Semuanya dilindungi bastion dan parit-parit sebagai pertahanan menghadapi musuh. Maklum 80 tahun setelah VOC berdiri masih menghadapi ancaman dari balatentara Mataram, Banten, dan sisa-sisa pasukan Jayakarta.
Kastil yang dibangun di atas puing-puing kota Jayakarta-- antara lain kraton dan mesjid-- merupakan ambisi Coen yang bertujuan untuk menjadikan kota baru ini sebagai pusat kedudukan VOC, sekaligus untuk mengimbangi Portugis di Malaka.
Tidak heran kalau kastil Batavia dengan sejumlah bangunan besar dari batu dan atap genteng, merupakan pusat dagang VOC di Asia. Saat VOC membangun kastil ini Belanda mendatangkan sebagian bahan bahan bangunannya dari negerinya. Sebabnya, ketika kapal-kapal VOC menuju Nederland penuh berisi rempah-rempah dari Maluku. Demikian juga kapal-kapal VOC dari Sunda Kelapa. Agar kapal-kapal yang kembali tidak kosong dan menjaga keseimbangan, dimuatlah bahan-bahan bangunan.
Pernah terjadi pada 28 Oktober 1628 saat kapal 'Batavia' meninggalkan pelabuhan Texel, Nederland menuju Kota Batavia, pada 4 Juni 1629 menerjang karang dan kandas di lepas pantai Australia Barat. Kapal kebanggaan VOC ini mengangkut 341 penumpang, termasuk 100 prajurit. Kapal ini juga memuat pintu gerbang untuk kastil Batavia yang dipesan oleh JP Coen. Di samping 12 peti uang perak, batu permata, tekstil dan porselen. Kini pintu gerbang Batavia disimpan di Museum Perth.
Pihak Australia setuju untuk memberikan replika pintu gerbang Batavia, yang akan ditempatkan di depan Museum Bahari, Pasar Ikan, Jakarta Utara. Karena kastil Batavia sudah tidak tampak lagi. Dihancurkan Gubernur Jenderal Daendels ketika ia membangun Weltevreden (suka hati) pada 1808-1811. Bahan-bahan bangunan kastil digunakan antara lain untuk membangun Istana Weltevreden (kini Departemen Keuangan) dan sejumlah gedung dan bangunan di sekitar Lapangan Banteng.
Kawasan sekitar menara Syahbandar, galangan kapal VOC dan gudang rempah-rempah (kini Museum Bahari) merupakan peninggalan awal kekuasaan penjajah Belanda. Di sekitar kawasan inilah pernah jadi pusat kota Batavia, yang sampai tahun 1808 masih merupakan kota berbenteng.
(Alwi Shahab, wartawan Republika )
Tuesday, March 21, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment