Laki-laki sebagai superior rupanya kagak mau kalah dengan wanita, termasuk dalam hubungan intim. Pokoknya pria ingin tampil luar biasa. Paling takut kalau sampai dianggap 'loyo'. Karenanya, tidak heran kalau kini sudah tidak terhitung lagi banyaknya kios yang menjual obat kuat. Bukan hanya di Jakarta, tapi seperti layaknya penyakit sudah mewadah sampai ke kota-kota kecil dan daerah pinggiran. Namanya pun beribu macam, terpampang dengan huruf-huruf besar.
Karena umumnya yang dijual obat impor dari Cina, nama kios ikut-ikutan memakai nama Cina. Seperti A Kiong, A Ceng, A Hong, tentu saja dengan mempopulerkan obat-obat yang sudah terkenal seperti Viagra. Menjamurnya kios 'obat kuat', tentu saja karena peminatnya cukup banyak. Obat-obatan Cina, termasuk obat kuat, sejauh ini harganya memang lebih murah katimbang obat produk negara lain. Begitu trend-nya obat kuat Cina, sehingga jamu-jamu lokal yang menawarkan jenis obat yang sama sengaja memakai label buatan Cina.
Kita tidak tahu bagaimana khasiat obat kuat, yang dengan huruf-huruf besar mereka namakan obat hot atau penambah gairah seks. Tapi yang jelas, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPPOM) telah menemukan 15 produk ilegal obat kuat tradisional yang dicampur bahan kimia obat keras sidenafil sitrat. Penggunaannya, menurut BPPOM, harus selalu di bawah pengawasan ketat dokter setelah ada diagnosa pasti tentang disfungsi ereksi. Sampai diingatkan begitu berbahayanya jenis obat ini, mereka yang berpenyakit jantung misalnya, 'bisa mati di ranjang'.
Di antara nama jamu dan kapsul produk ilegal yang dicampur sidenafil sitrat adalah Jamu Sehat Pria Seksi Samiaji, Jamu Pasihot Andalan Pria Perkasa, Obat Kuat dan Tahan Lama Pegasus Kuda Terbang, Penambah Vitalitas Pria -- dan masih banyak lagi dengan nama dan merek seram-seram.
Rupanya, masalah seks mendapat perhatian dalam acara-acara talk show di televisi-televisi. Tidak kalah gencarnya di media cetak, seperti suratkabar, majalah, tabloid, menjadi rubrik, yang banyak penggemarnya. Karena itulah, nama pakar seksologi, seperti Boyke Dian Nugroho, Naek L Tobing, dan Wimpie Pangkahila, tidak kalah popoler dengan pakar-pakar politik, ekonomi dan hukum.
Rupanya kecenderungan semacam itu bukan hal baru. Pada tahun 1960-an dan 1970-an misalnya, di berbagai media juga sering didapati iklan jenis obat kuat. Judulnya juga kagak kalah menyeramkan dari iklan dan reklame di kios-kios obat kuat. Sebuah tabib dari Pakistan di Sawah Besar menjual obat kuat dengan judul, ''Nafsu besar tenaga kurang, seperti rayap makan kayu.'' Sang tabib ingin menawarkan 'keperkasaan' bagi pria yang dikatakannya lemah syahwat.
Ada pula seorang tabib yang menawarkan pria yang dikatakannya tidak 'normal' akan menjadi 'kencang' kembali setelah minum obatnya. Di tahun-tahun tersebut, memang para tabib dari Pakistan yang lebih banyak menjual obat kuat. Termasuk obat dan ramuan untuk para ibu agar 'disayang' sang suami.
Pada tahun 1950-an, beberapa pedagang kaki lima tiap malam menggelar lapak di Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat. Mereka menjual tangkur buaya, yang dikatakannya sebagai obat kuat dan 'tahan lama'. Bentuknya seperti cincin, setelah diminyaki, tengahnya dimasuki benang untuk diikatkan ke pinggang. Pengobatan yang populer di kaki lima tahun 1950-an itu, kini tidak ada lagi. Rupanya sudah kalah populer dengan pengobatan Cina. Apalagi sejak nama Mak Erot dikenal.
Agak ke belakang lagi, pada zaman Belanda juga ada iklan-iklan semacam itu. Seperti di Harian Bentara Hindia (terbit 1921) ada iklan sebuah buku mengenai hubungan suami-istri. Tapi saya sendiri tidak tahu apa arti Wet dan Rrasia -- judul buku itu. Buku itu dicetak tebal, kentara dari isi iklan: Harga satoe boekoe tebel dan format bewsar 15 goelden tambgah ongkos kirim. Pesanan yang disertakan oewangnya, ongkos kirim frij.
Masih iklan obat kuat, ada judul yang tidak tanggung-tanggung, Sjorga Doenia. Coba simak isinya: Satoe waktoe toean perlu boeka? Adalah djagonja dalampertoeloengan yang teroetama boeat orang lelaki jang tidak dapat perindahan tjoekoep dan sempoerna oleh orang prampoean. Tanggoeng lantes terboekti menjenangken bagi jang pake. Ini obat satu does coema F 5 (goelden) dan bisa pake 15 atawa 20 kali. Boeat yang beli 5 does bisa dapet potongan 20 persen.
Rupanya sejak tempo doeloe kaum hawa sudah mendambakan agar memiliki bentuk tubuh langsing dan indah. Sikmaklah iklan di Majalah Sin Po Agustus 1930: Mode sekarang tidak iidzinkan lagi orang berperoet gendoet. Toean-toean dan njonja-njonja akan merasa girang yang kita sedia sematjam band peroet yang dinamaken MAS (Modern Abdominal Supporter). MAS dengan goemilang berhasil ilangkan peroet gendoet, peroet monjong atawa peroet yang bagaimana besar. MAS djoega bikin itu kita poenya badan jadi lempeng.
Rupanya, ketika itu istilah langsing belum dikenal. Sehingga ibu-ibu ingin sekali badannya jadi lempeng. Produk MAS yang gencar diiklankan belum tentu jelas khasiatnya. Tapi, yang pasti iklan semacam itu kini merebak di televisi. Jadi roda zaman memang selalu berputar.
(Alwi Shahab)
Saturday, October 21, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment