Inilah Harmonie (kini Jalan Majapahit) diabadikan tahun 1937. Di kiri kanan jalan tampak gedung-gedung dan pertokoan dihias dengan ornamen-ornamen. Sementara bendera Belanda 'merah putih biru' dikibarkan di puncak-puncak gedung. Peristiwa yang diabadikan pada tahun 1937, menurut keterangan untuk memeriahkan hari perkawinan Ratu Juliana dengan Pangeran Bernhard. Pestanya dimeriahkan bukan hanya di Batavia tapi juga berbagai tempat di Hindia Belanda.
Pada masa kolonial Belanda, di Indonesia, termasuk di sekolah-sekolah diadakan peringatan yang punya kaitan dengan Kerajaan Belanda. Di sepanjang Harmoni, termasuk di Risjwijk (Jl Veteran) dan Noordwijk (Jl Juanda), diadakan pesta pora meriah. Termasuk Pasar Gambir (kini Monas) untuk memperingati ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina, ibunda Ratu Juliana dan nenek Ratu Beatrix, ratu Belanda sekarang ini.
Di sepanjang jalan yang tidak begitu ramai, terlihat sejumlah mobil tahun 1930'an produksi Eropa menguasai jalan ramai yang paling bergengsi ketika itu. Tampak juga pengendara sepeda, yang dengan disiplin melaju di trotoar yang disediakan khusus untuk mereka. Paling kiri gambar tampak gedung Harmonie yang kini merupakan bagian dari Sekretariat Negara. Jika kita dari Monas atau Hotel Indonesia menuju Jl Gajah Mada dan Glodok yang selalu ramai, kita akan melewati Harmonie. Sekalipun namanya telah berganti menjadi Jl Majapahit, tapi nama Harmonie tetap langgeng hingga sekarang. Dulu di sini merupakan daerah bisnis utama di Batavia (sampai dibangunnya Jl Thamrin 1962). Tidak heran kalau Belanda menempatkan patung Hermes (dewa perniagaan), antara jembatan Harmoni menuju Istana Negara (Rijswijk Palace) dan Noordwijk (Jl Juanda). Patung ini dipasang 1930'an, dan kini ditempatkan di Museum Sejarah DKI karena pernah dikabarkan hilang diboyong 'pencuri'.
Pada abad lalu kawasan sekitar Harmoni menyerupai permukiman orang-orang Prancis. Mereka di antaranya pedagang batu mulia, toko roti dan kue. Beberapa aktor menetap di Weltevreden yang berdekatan dengan Harmoni. Mereka memberi les dansa dan bahasa Prancis. Sedangkan beberapa artis membuka butik. Toko jahit terkenal akhir abad lalu di Harmonie adalah Oger Freres (Oger Bersaudara) dan kini menjadi kantor Nitour (Pariwisata). Sampai tahun 1960-an di samping gedung Harmoni terdapat Hotel du Pavilion, kepunyaan seorang keturunan Arab kaya raya. Kini cucunya Helmi Sungkar menjadi pereli motor terkenal. Di samping sejumlah kerabatnya yang juga menekuni reli ini.
Sejak abad ke-16 musafir-musafir Prancis mengunjungi Nusantara untuk memperoleh rempah-rempah dan mereka meninggalkan catatan dalam bahasa Prancis seperti JB Tairnier. Ketika datang dan mendirikan VOC, Belanda melengkapi diri dengan angkatan perang yang tentaranya terdiri dari orang-orang Jerman, Denmark, Belgia, Jepang, di samping tentunya Prancis. Di antara mereka terdapat Cornelis Chastelein, yang pada usia 17 tahun bekerja di VOC setelah mengarungi lautan selama 223 hari (24/1-16-8-1645) baru tiba di Batavia. Entah bagaimana ia kemudian menjadi kaya raya dan memiliki tanah bejibun. Kemudian ia menghibahkan sejumlah tanahnya di Depok kepada para budaknya dengan syarat mereka menjadi Nasrani. Kini bekas para budak itu dikenal dengan istilah Belanda Depok.
(Alwi Shahab)
Saturday, October 21, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment