Gedung tiga lantai yang masih berdiri megah dan kokoh ini merupakan sebuah gedung tua di kawasan Oud Batavia (Kota Tua) Jakarta Kota. Keistimewaan gedung yang terletak di sudut Jalan Kalibesar Barat No 1-2 di atas areal 2.275 m2 memiliki ciri kubah seperti terlihat dalam foto. Gedung ini dibangun pada 1920-an, saat ekonomi Hindia Belanda maju pesat terutama dari hasil ekspor berbagai komoditas pertanian seperti karet, teh, kopi, tembakau, yang laku keras di pasaran dunia.
Kalibesar Barat, yang pada awalnya merupakan permukiman Cina, digantikan dengan gedung perkantoran seperti perusahaan John Peet & Co, Maintz & Co, Chartered Bank of India, Australia, Cina dan lain-lain. Perletakan batu pertama gedung yang telah berusia 3/4 abad, dilakukan pada 27 Februari 1921 oleh anak perempuan dari Manager Chartered Bank of Batavia: Juice Murray Stewart.
Kalau kita menelusuri kawasan Kalibesar, kita masih menjumpai gedung-gedung tua yang dibangun saat kejayaan kota Batavia. Gedung Chartered Bank, yang kini menjadi aset bangunan sejarah milik Bank Mandiri, pada 2 Maret 1965 setelah terjadi nasionalisasi terhadap perusahaan asing, gedung ini diambil alih oleh pemerintah RI. Pengelolaannya diserahkan pada Bank Umum Negara (BUNEG) yang kemudian menjadi Bank Bumi Daya (Desember 1968).
Gedung yang berlokasi tidak jauh dari gedung Balai Kota lama (kini Museum Sejarah DKI Jakarta), menggunakan konstruksi beton dan dinding bata. Dari kejauhan sosok gedung dengan bentuk kubahnya yang menutupi seluruh ruang sudut depan di lantai tiga, terlihat masih sangat megah. Suasana lingkungan sekitar gedung yang hampir dipenuhi oleh bangunan-bangunan lama memang sangat kondusif sebagai bagian dari kawasan Oud Batavia yang perlu dilestarikan. Sehingga banyak wasatawan asing dan domestik yang mengunjungi gedung ini.
Memasuki bagian dalam gedung Chartered Bank, yang pernah menjadi bank terkemuka di Hindia Belanda setelah De Javasche Bank, terdapat sejumlah lukisan kaca patri yang menggambarkan aktifitas manusia, seperti: orang pergi ke pasar, membawa getah karet, menumbuk padi, membawa ikan. Kaca patri ini dibuat oleh J Sabel's en Co yang pusatnya di Haarlem, Belanda. Di dalam gedung kita juga menjumpai prasasti perletakan batu pertama 27 Pebruari 1921.
Kota Batavia lama (Oud Batavia) tidak begitu luas. Luasnya dari daerah Menara Syahbandar di Pasar Ikan sampai Jl Asemka. Pusatnya adalah bekas Balaikota Lama (Stadhuis). Di dekat gedung Chartered Bank terdapat Toko Merah, yang dulu merupakan gedung mewah dan menjadi tempat kediaman Gubernur Jenderal van Imhoff, yang keturunan Jerman. Kawasan Kalibesar menyaksikan sejarah kelam kota Jakarta, ketika pada 1740 rumah-rumah warga Cina dibakar dan penghuninya dibunuh tanpa ampun. Laporan-laporan yang dapat dipercaya memperkirakan sekitar lima ribu sampai 10 ribu warga Cina mati secara mengenaskan. Termasuk pasien rumah sakit, para bayi dan 500 warga Cina yang berada di penjara.
Sampai 1809, Batavia merupakan kota berbenteng yang dikelilingi tembok dan parit (Kanal). Sejak pertengahan abad ke-19 setelah Gubernur Jenderal Daendels memindahkan kota ke arah selatan (Weltevreden) penduduknya meningkat pesat. Pada 1870 penduduk Batavia 160 ribu jiwa, 1920: 300 ribu jiwa, dan 20 tahun kemudian meningkat lebih dua kali lipat jadi 650 ribu jiwa. Kini penduduk Ibu Kota diperkirakan lebih 8 juta (malam hari) dan 13 juta (siang hari). Berarti 5 juta warga dari Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang, turut andil dalam mengootori dan membuat polusi di Jakarta.
(Alwi Shahab)
Saturday, October 21, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment