Penggemar lagu-lagu nostalgia Indonesia pasti sudah tak asing lagi dengan lagu 'Gang Kelinci' yang seolah menjadi salah satu lagu wajib dalam setiap acara 'tembang kenangan'. Lagu pertengahan 1960-an yang bercerita tentang suatu gang di sudut Pasar Baru Jakarta ini pada akhir 1990-an kembali populer melalui lantunan suara Rani, penyanyi yang dikenal sebagai spesialis pelantun lagu nostaligia dan mandarin. Siapakah penyanyi aslinya? Tak lain adalah Lilies Suryani, salah satu penyanyi perempuan paling terkenal di Indonesia pada dekade 1960-an dan 1970-an awal.
Kini, di usianya yang menjelang enam puluh tahun Lilies berjuang melawan kanker mulut rahim yang menderanya sejak beberapa tahun terakhir. Seperti kebanyakan nasib seniman lainnya, salah satu 'diva musik Indonesia' di era 60-an ini harus merelakan hartanya satu persatu dijual untuk biaya pengobatannya di Singapura.
Bagi perempuan bertubuh mungil kelahiran Jakarta 58 tahun silam ini, 'Gang Kelinci' telah menjadi semacam anthem dalam setiap penampilannya baik di layar kaca maupun di panggung-panggung off-air. Hampir serupa dengan Ruth Sahanaya, Titi DJ, dan Krisdayanti yang belakangan ini berkolaborasi dalam ramuan Tiga Diva, Lilies bersama Ernie Djohan dan Tetty Kadi kala itu seolah 'meratui' pasar musik pop Indonesia untuk kategori penyanyi perempuan.
Keberhasilan Lilies sebagai penyanyi tak dapat dilepaskan dari peran Zaenal Arifin, gitaris sekaligus pimpinan band Zaenal Combo, backing group Lilies pada banyak rekaman maupun pentas-pentasnya. Zaenal yang juga berperan besar dalam rekaman-rekaman awal Tetty Kadi paham benar kemampuan olah vokal Lilies yang selain pas dalam lagu-lagu bernuansa pop, juga amat klop ketika menyanyikan lagu-lagu bernapas Sunda dan Melayu. Petikan dan riff-riff gitar Zaenal seolah nyawa yang tak terpisahkan dari lagu-lagu yang didendangkan Lilies. Teknik bermain gitar Zaenal yang unik di lagu Lilies antaranya bisa terdengar di lagu 'Kisah Ali Baba'.
Pada intro lagu tersebut Zaenal memetik senar gitar secara cepat namun tidak ditekan secara penuh sehingga menghasilkan suara gemelitik yang menimbulkan fantasi mistis. Teknik ini juga dilakukan gitaris Edward van Halen dalam 'Eruption'.
Selain 'Gang Kelinci', beberapa lagu Lilies yang populer seperti 'Asmara', 'Ulang Tahunku', adalah ciptaan Titiek Puspa. Namun demikian, bukan berarti ia hanyalah artis yang sekadar pandai dan tahu urusan menyanyi saja. Sejak usia belasan, penyanyi yang sejak dahulu hingga kini berambut cepak ala Connie Francis ini banyak menulis dan menggubah sendiri lagu-lagu yang dibawakanya.
Nomor-nomor seperti 'Lenggang Kangkung', 'Ratapan Sang Bayi', 'Air Mata', 'Tepuk Tangan', dan 'Ujung Pandang' adalah beberapa contoh lagu yang diciptakan sendiri oleh Lilies dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Salah satu ciptaannya 'Si Baju Loreng' yang bertemakan kekaguman seorang gadis terhadap seorang anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Ini menjadi lagu yang menjadi pengobar heroisme tersendiri di pertengahan 1960-an.
Sebagai artis muda nan populer pada masanya, biduanita yang kerap tampil menghibur Bung Karno ini juga tidak bebas dari hembusan gosip tak sedap. Pada akhir Juli 1966, pers menuduh Lilies banyak tingkah karena ia dikabarkan meminta disediakan roti tawar saat tampil di Sumedang. 'Lagi-lagi Lilis Bertingkah', demikian judul berita pada harian Suara Merdeka tertanggal 25 Juli 1966 mengutip kantor berita Antara yang menceritakan kerepotan panitia yang harus membeli roti dari Bandung karena tidak ada satu pun yang menjual roti di Sumedang. Diberitakan pula ia minta dijemput dengan polisi pengawal dengan sirine yang harus dibunyikan. Perihal permintaan roti tawar ini Lilies menyatakan bahwa selain dia tidak suka nasi, hal itu dilakukannya atas anjuran dokter berhubung dengan penyakit yang dideritanya. Soal sirine yang harus dibunyikan, Lilies menganggapnya sebagai hal yang wajar jika panitia menghendaki seraya membantah bahwa dirinyalah yang meminta hal tersebut untuk dilakukan.
Selain dikenal dengan lagu-lagu pop dan Sunda, Lilies juga dikenal sebagai pelantun lagu-lagu gambang kromong, lagu khas Betawi. Boleh dikatakan, sebelum Benyamin Suaeb, Lilies Suryanilah penyanyi pertama yang berjasa besar mempopulerkan musik berirama gambang kromong dalam bentuk rekaman. Pada beberapa lagu seperti 'Dikasih Ati Minta Limpe', 'Lagi-lagi Sayur Asem', dan 'Perancang Mode', Lilies menunjukkan keluwesannya melantunkan lirik-lirik yang kocak dan menggoda dengan logat yang menggelitik khas Betawi. Hingga kini lagu-lagu Lilies Suryani baik yang berirama melayu, pop, maupun gambang kromong masih dapat dijumpai di toko-toko rekaman meskipun tidak dalam format album aselinya.
Sebagai orang yang menggeluti dunia tarik suara dan panggung selama tak kurang dari empat dekade, suka duka dalam berkarya sudah kenyang dilakoni oleh Lilies. Dalam penampilannya di TVRI sekira 2005 lalu ia menceritakan nasib sialnya ketika show di Purwokerto pada 1960-an. Selesai manggung, panitia yang mendatangkannya kabur begitu saja. Terpaksalah ia menjual cincin emasnya sebagai ongkos pulang naik kereta api yang kala itu penuh sesak dengan pedagang sayur dan ayam. Beberapa tahun lalu nasib kurang mujur juga sempat menimpa Lilies. Rumahnya dimasuki pencuri yang berhasil membawa beberapa perhiasan emas miliknya. Dalam penuturannya pada media infotainment kala itu penyanyi yang selalu tersenyum ini tetap bersyukur dan menganggapnya sebagai cobaan hidup dan mengikhlaskannya sebagai bagian dari kehendak Sang Maha Pencipta.
Penulis adalah dosen Fak Hukum Unsoed Purwokerto
(Manunggal Kusuma Wardaya/KPMI)
Saturday, October 21, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment