Rumah dengan pekarangan luas ini adalah kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur (kini Jl Proklamasi) 56, Jakarta Pusat. Bukan di istana seperti banyak diperkirakan orang, tapi di halaman kediaman Presiden RI pertama inilah proklamasi kemerdekaan RI dikumandangkan pada Jumat, 17 Agustus 1945, bertepatan dengan bulan Ramadhan.
Foto ini diabadikan setelah proklamasi, karena pada saat Bung Karno memproklamirkan kemerdekaan, tugu seperti yang terlihat di halaman muka gedung proklamasi belum dibangun. Tugu ini baru dibangun pada masa Kabinet Syahrir atas inisiatif sejumlah kaum wanita dibawah pimpinan Ny Jos Mandagi. Tugu ini pernah menjadi lambang kartu tanda penduduk (KTP) Jakarta, sebelum dibangun Monas.
Dari rumah kediamannya inilah, Bung Karno dan keluarga serta para pemimpin Indonesia hijrah ke kota perjuangan Jogjakarta pada Januari 1946 untuk menghindari serangan NICA yang datang ke Indonesia dengan membonceng tentara sekutu di bawah pimpinan Inggris. Mereka berangkat dengan kereta api dari stasion Pegangsaan, yang terletak dibelakangh kediaman Bung Karno. Seluruh gerbong kereta api telah digelapkan untuk mengelaburi tentara Belanda (NICA).
Sayang, gedung yang paling bersejarah bagi bangsa Indonesia ini diruntuhkan pada tahun 1960 atas perintah Presiden Sukarno sendiri. Seperti dikemukakan AM Hanafi sebagai Ketua Panitia Angkatan '45 pembongkaran gedung ini untuk kemudian dijadikan Gedung Pola (semacam Bappenas sekarang ini) saat itu banyak ditentang berbagai pihak. "Saya dan kawan-kawan tidak setuju," kata AM Hanafi dalam buku Menteng 31. Gubernur DKI Jakarta, Henk Ngantung dalam memoarnya menyatakan tidak setuju membangun Gedung Pola dengan mengorbankan gedung proklamasi kemerdekaan.''
Ketika gubernur yang juga seniman dan pelukis ini mengutarakan pendapatnya, Bung Karno melontarkan kata-kata : "Apakah kamu juga termasuk yang ingin memamerkan celana kolorku (maksudnya di gedung itu)." Tapi Bung Karno setuju ketika Henk Ngantung menyatakan ingin membuat duplikat dari gedung di Jalan Pegangsaan Timur 56 ini.
Ada yang berpendapat bahwa Bung Karno membongkar tempat yang paling bersejarah ini karena tidak mau diingatkan saat-saat dia dipaksa oleh para pemuda revolusioner untuk memproklamirkan kemerdekaan sebelum 17 Agustus 1945, karena diketahui Jepang kalah perang dengan Sekutu. Di kediamannya ini pulalah, ia bersama Bung Hatta serta Fatmawati serta putranya Guntur yang masih menyusui diculik para pemuda itu ke Rengasdengklok, Karawang.
Pada saat-saat menjelang detik-detik proklamasi terjadi lagi perdebatan antara Bung Karno dengan para pemuda. Para pemuda yang tidak sabar menunggu kedatangan Bung Hatta, mendesaknya : "Sekarang Bung. Sekarang. Para pemuda berteriak." Ketika didesak dr Muwardi, Komandan Barisan Pelopor, Bung Karno dengan tegas mengatakan : "Saya tak mau bacakan teks proklamasi bila Bung Hatta tidak ada. Jika Mas Muwardi tidak mau menunggu silahkan baca sendiri," kata Bung Karno. Tidak lama kemudian datanglah Bung Hatta. Bung Karno pun membacakan proklamasi pukul 10.00 pagi.
(Alwi Shahab)
Saturday, October 21, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment