Di antara berbagai fenomena yang dapat kita saksikan dalam kehidupan kemasyarakatan adalah fenomena kehidupan beragama. Menurut para alim ulama, di mana ada masyarakat, pasti di situ ada agama. Atas dasar fenomena ini, maka tidak ada yang menentang pendapat bahwa masyarakat komunis telah meruntuhkan agama dari kehidupan kemasyarakatan mereka.
Komunis menegakkan kehidupan masyarakat pada asas yang meniadakan tuhan. Karena bagi kaum komunis, hidup di dunia adalah kehidupan yang bersifat materi. Sebagai masyarakat ateis, kaum komunis menganggap agama sebagai penghambat kemajuan.
Niestche, filosof eksistensialis yang sebagian ajarannya digunakan kelompok komunis menyatakan, agama adalah candu masyarakat. Dewasa ini kita dituntut untuk belajar dari sejarah. Karena pengalaman di masa lalu, merupakan kenyataan tak terbantahkan bahwa kaum komunis di Tanah Air saat mereka berjaya tak segan-segan melakukan teror dan aksi kekerasan terhadap kelompok agama dan para alim ulamanya.
Sebagai kelompok ateis, mereka juga tidak meyakini adanya hari kebangkitan (qiyamah), yang merupakan salah satu rukun iman dalam Islam. Ini perlu kita tegaskan, karena jika seseorang tak meyakini adanya masa depan di dunia lain selain dunia ini, di mana amal-amal kebaikan dan kejahatan akan diperhitungkan, dan yang bersangkutan akan memperoleh imbalan yang setimpal, maka gagasan bahwa amal-amal kebaikan mesti dikerjakan dan kejahatan mesti dihindarkan, tidak akan terlintas dalam dirinya.
Karena bahaya inilah Alquran mengingatkan manusia tentang hari kebangkitan dan pembalasan dalam ratusan ayat dan berusaha menepis keraguan tentangnya. Tidak kurang pula banyaknya hadis yang mengingatkan hal ini. Sayid Sabiq, ulama kontemporer Mesir dalam Islam Kita menulis bahwa fitrah manusia lebih kuat dari segala kekuatan manapun yang berusaha menghapuskan dan mengubah ciri-cirinya.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS Ar-Rum (30): 30).
Dalam hadis shahih pun dinyatakan, "Setiap anak dilahirkan menurut fitrahnya." Fitrah manusia lebih kuat dari segala kekuatan manapun yang berusaha menghapus dan mengubah ciri-cirinya. Bila agama punya akar yang dalam di jiwa manusia, maka tidak akan terbayang bila pada suatu hari manusia akan hidup tanpa agama.
Sesungguhnya manusia di masa kini, meskipun ada bujukan-bujukan materialistis yang memalingkannya dari agama, jiwanya tetap merindukan agama yang dapat mengangkatnya kepada kesempurnaan materi dan rohaninya. Kini, kita perlu mewaspadai upaya-upaya munculnya kembali kekuatan komunisme agar sejarah kelam masa lalu tak terulang kembali.
(Alwi Shahab)
Saturday, October 21, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment