Foto pertengahan tahun 1930'an menggambarkan situasi di sebuah jalan protokol di Meester Cornelis (kini Jatinegara). Kalau sekarang ini dari Senen ke Jatinegara memerlukan waktu paling cepat satu jam-- apalagi pada jam-jam macet-- kala itu suasana jalan raya di Jalan Bekasi Timur, Jakarta Timur sepi, senyap dan lengang. Seolah-olah kita dapat tidur di jalan ini. Gambar sebelah kanan menunjukkan stasiun kereta api Jatinegara, yang kini dipenuhi para pedagang kaki lima. Foto ini diambil dari arah Klender.
Pada abad ke-19, perkembangan Kota Batavia terjadi sekitar tiga mil ke arah selatan Gambir yang antara lain disebabkan kondisi sanitasi dan banjir yang sering mengenangi Weltevreden sehingga para pejabat senior Hindia Belanda dan keluarganya pindah ke sana. Sampai kini masih kita dapati sejumlah rumah bekas kediaman warga Belanda seperti di Matraman Raya dan Polonia, Jatinegara.
Selain faktor di atas, perkembangan Kota Batavia selama kurun waktu abad ke-19 erat kaitannya dengan pertambahan jumlah penduduk. Akibat migrasi orang Cina, Eropa dan pribumi. Juga orang-orang Arab yang banyak berdatangan di abad ke-19 dan awal abad ke-20 dari Hadramaut banyak yang tinggal di Jatinegara. Dengan adanya nama-nama seperti Gang Awab, Gang Yahya, Gang Abud, kesemuanya nama jamaah yang pernah tinggal di sini.
Sampai kini banyak orang-orang tua Betawi yang menyebut Jatinegara Meester. Meester adalah sebutan nama depan untuk seorang guru bernama Cornelis Senen. Guru dan juga pendeta dari Kepulauan Aru di Maluku inilah yang membuka kawasan Jatinegara pada abad ke-17. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sampai awal abad ke-20, Batavia merupakan keresidenan yang dikepalai seorang residen. Yang secara administratif di bagi dalam afdeling-afdeling yang dipimpin seorang asisten residen. Kala itu Meester Cornelis dalam afdeling yang terpisah dari Batavia. Baru disatukan 1908 ketika dibentuk geemente (kotapraja), dipimpinan seorang wali kota (burgermeester). Geementer Meester Cornelis bersamaan dengan dibentuknya geemente Batavia. Mulai 11 Januari 1936 geemente Meester Cornelis disatukan dengan geementer Batavia.
Batavia telah memiliki jalur kereta api (KA) sejak 1871. Sebelumnya (1869) trem kuda mulai diperkenalkan di Jakarta. Pada 1881 digantikan dengan trem uap dan kemudian trem listrik sampai 1960 yang beroperasi hampir disegenap penjuru Ibu Kota dari Mester-Pasar Ikan, Pasar Ikan- Tanah Abang, Senen-Tanah Abang dan berbagai tempat lainnya.
Pada 1957 sebelum dihapuskan pada 1960, pengelolaan trem dan angkutan darat dibawah manajemen PPD. Setelah dinasionalisasi PPD rugi terus dan terjadi korupsi besar-besaran terutama angkutan bus kota. Ketika masih dikelola oleh Belanda tidak terdengar terjadinya korupsi, apalagi sampai gaji ribuannya pegawainya selama delapan bulan ditunggak, dan baru dibayar beberapa waktu lalu. Sesuatu yang sangat menyedihkan.
(Alwi Shahab)
Saturday, October 21, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment