Sepintas foto yang diabadikan tahun 1870-an, atau sekitar 130 tahun lalu seperti sebuah daerah pedesaan terpencil. Tak akan ada yang membayangkan inilah Jalan Raya Matraman tempo doeloe. Ketika itu, di kiri kanan jalan terdapat banyak pohon kelapa dan pisang, sedangkan di pinggir jalan raya terdapat tiang lampu minyak yang dinyalakan pada malam hari.
Terlihat rumah-rumah sederhana dengan dinding bambu. Kini sepanjang Jl Matraman yang hiruk pikuk dan selalu macet, hampir tidak terdapat lagi rumah tinggal. Jl Matraman kini jadi kawasan bisnis dengan sejumlah hotel, perkantoran, departemen, rumah sakit, gedung pencakar langit lainnya.
Di tengah Jl Matraman kini diberi pagar besi hingga ada menjuluki 'Tembok Berlin'. Maksudnya, untuk memisahkan tawuran antara para pemuda di Jl Pal Meriam dan Jl Tegalan dengan 'anak tangsi' di Berland. Mereka beberapa tahun lalu merupakan dua musuh bebuyutan karena pertikaian soal politik. Para pemuda Berland ketika itu banyak yang menjadi anggota Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan ABRI jadi pendudukung Golkar.
Sebaliknya pemuda Palmeriam dan Tegalan menjagokan PPP. Saat kampanye Pemilu, bila iring-iringan Golkar lewat Palmeriam dan Tegalan mereka akan diganggu pemuda kedua daerah yang sebagian besar penduduknya warga Betawi. Hal yang sama terjadi bila kampanye PPP lewat Berland.
Di awal pemerintahan VOC, tentara Islam dari kerajaan Mataram dua kali menyerang Batavia (1628 dan 1629). Di tempat ini mereka menggali parit pertahanan. Di sinilah tempat pasukan Mataram bertahan pada malam hari sambil berupaya mendekati kota Batavia. Menyebabkan daerah ini disebut Matraman, berasal dari kata Mataram.
Matraman kembali jadi pusat pertahanan Belanda dan Prancis pada masa Gubernur Jenderal, Marsekal Herman Willem Daendels (1808-1811). Ketika mereka menghadapi pihak Inggris. Negeri Belanda kala itu ditaklukkan Prancis, termasuk Batavia. Armada Inggris yang ditunggu sejak lama baru mendarat di Cilincing pada 4 Agustus 1811, saat gubernur jenderal Jan Willem Jansen baru saja menggantikan Daendels. Inggris menyerang Batavia dari Malaka dan Borneo (Kalimantan) untuk mendapatkan angin musim. Tiba di Cilincing setelah dua bulan berlayar.
Pada 8 Agustus 1811 balatentara Inggris yang berjumlah 11.960 personel memasuki kota yang sudah dikosongkan. Dua hari kemudian mereka menyusur ke selatan. Menyapu tangsi-tangsi militer di sekitar lapangan Banteng, Monas dan Senen. Kemudian menyusup ke arah lebih selatan, dan terjadi pertempuran yang hebat di Matraman yang telah disiapkan untuk melawan Inggris. Kubu Belanda yang terletak di Jl Tegalan Matraman direbut Inggris. Demikian juga kubu pertahanan (arsenal) Belanda di Pal Meriam. Di selatan Matraman terdapat Rawabunga. Dulunya bernama Rawabangke. Konon, di rawa inilah banyak pasukan kedua belah pihak mati dan ditimbun di rawa, hingga dinamakan Rawabangke. Sejak saat itu dimulai pendudukan Inggris di Pulau Jawa hingga 1816. Dengan Sir Thomas Raffles sebagai letnan gubernur.
(Alwi Shahab, wartawan Republika. 4 Jun 2005 )
Friday, July 22, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment