Friday, July 11, 2008

Perang Iklan Surat Kabar di Batavia

Menyambut Hari Kebebasan Pers 3 Mei lalu, kita turunkan foto sebuah mobil keliling kota mengiklankan suratkabar berbahasa Belanda Java Bode yang terbit di Batavia. Foto ini diabadikan tahun 1941 menjelang Perang Dunia II. Java Bode adalah surat kabar yang menjadi bacaan populer bagi masyarakat Belanda di Batavia.

Surat kabar ini telah berhenti terbit beberapa tahun 1950-an beberapa saat setelah penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Indonesia. Terlihat sebuah mobil sedan telah 'didandani' menjadi mobil iklan yang berkeliling kota sambil memperkenalkan isi koran tersebut untuk menarik minat masyarakat agar membeli atau menjadi pelanggan. Terlihat seorang karyawan yang mengenakan seragam hitam dan berkopiah membawa tumpukan surat kabar ditangannya. Mobil iklan tersebut berhenti di salah satu lapangan di Ibu Kota. Di sampingnya tampak sebuah gerobak yang tengah membawa muatan.

Di Indonesia, surat kabar sudah berusia 263 tahun, ketika Bataviasche Nouvelles terbit di Batavia bulan Februari 1745. Koran pertama di Nusantara ini memuat aneka berita tentang datang dan perginya kapal dagang VOC, berita tentang mutasi pejabat VOC, berita keluarga seperti kelahiran, perkawinan dan kematian dari keluarga VOC, serta aneka kegiatan VOC lainnya. Dimuat juga iklan tentang penjualan perabot rumah tangga dan kapal pesiar. Dan tidak ketinggalan berita-berita tentang dunia perbudakan di Batavia. Di sini, kritik-kritik sosial mulai bermunculan, tulis Thomas B Atalkadjar dalam buku Toko Merah. Ternyata koran ini tidak berusia panjang. Pada 20 Juni 1746, izin terbitnya dicabut pemerintah VOC akibat ketajaman penanya.

Tiga puluh tahun kemudian muncul mingguan Verdu Nieuws. Kebanyakan memuat iklan. Maka kalangan pribumi menyebutnya Surat Lelang. Kemudian terbit koran Bataviasche Koloniale Courant ysang juga tidak berusia lama karena ditutup 2 Agustus 1811. Masih dalam era VOC, pada 1795, terbit surat kabar Al Juab dalam tulisan Arab yang di 'melayu'kan. Koran yang dipimpin seorang mubaligh dari Arab ini hanya bertahan hingga 1801.

Pada tahun 1824, terbit surat kabar berbahasa Melayu Bianglala dan pada 1824 berganti nama menjadi Bintang Johor. Sementara di Surabaya terbit Bintang Timur (1865) yang kemudian ganti nama jadi Bintang Surabaya. Sementara di Bata

(Alwi Shahab, wartawan Republika )

No comments: