Friday, July 11, 2008

Kuburan Belande di Tenabang

Inilah pemakaman warga Eropa di Kerkhoff Laan (kini Jl Tanah Abang I, Jakarta Pusat) diabadikan tahun 1870-an. Orang Betawi menyebutnya 'kuburan orang Belanda'. Sesuai dengan namanya Graf der Hollanders yang berarti pemakaman Belanda.

Kerkhoff Laan nama Jl Tanah Abang I dewasa ini artinya adalah 'jalan kuburan'. Setelah ditutup tahun 1975, pemakaman ini dijadikan Museum Prasasti sejak 1977 oleh Gubernur Ali Sadikin. Pemakaman ini merupakan pindahan dari pemakaman yang terdapat di kawasan Jakarta Kota. Yang dulunya terletak di Niuwpoort Straat (kini Kali Besar Barat), Utrechtsche Straat (kini Jl Kopi) dan pemakaman di samping gereja Portuguese Binnen Kerk di Jalan Pangeran Jayakarta depan stasiun kereta api Jakarta Kota (Beos).

Karena Batavia pada abad ke-18 merupakan kota yang tidak sehat, banyak warga Eropa yang meninggal dunia, termasuk para pasien rumah sakit yang kala itu terletak di Jalan Bank (kini menjadi gedung Museum Bank Mandiri). Karena tempat pemakaman di kota tua tidak dapat menampung banyaknya warga yang mati, hingga dipindahkan ke Tanah Abang pada 1795. Kala itu luasnya 5,9 hektare dan kini hanya tinggal 1,2 hektare karena selebihnya digunakan untuk gedung wali kota Jakarta Pusat.

Mengingat letaknya yang jauh dari pusat kota Batavia kala itu, maka mayat-mayat saat hendak dimakamkan dibawa melalui sungai dengan perahu dari Kali Molenvliet ke Kali Krukut yang terletak di bagian belakang kantor Departemen Penerangan (kini Departemen Komunikasi dan Informasi). Dari sini dengan kereta berkuda, jenazah diangkut ke pemakaman yang jaraknya sekitar 500 meter. Maklum kala itu mobil belum nongol di Bartavia.

Di Museum Taman Prasasti terdapat 1.409 koleksi terdiri dari prasasti, bentuk nisan, tugu, monumen, piala, lempeng batu persegi, replika, miniatur dan berbagai bentuk lainnya. Di Taman Prasasti kita akan mendapati nama dan tokoh yang pernah dimakamkan di sini. Hingga memasuki prasasti ini kita dapat merasakan apa yang pernah terjadi ratusan tahun yang lalu. Ada tokoh pendidikan, seniman, ilmuwan, rohaniawan dan mereka yang dianggap pejuang masda itu.

Tentu saja berdasarkan penilaian pihak kolonial. Seperti Mayor Jenderal JHR Kohler bekas Panglima Belanda pada Perang Aceh pada 14 April 1873 oleh para pejuang Tanah Rencong. Di antara tokoh pendidikan Dr HF Roll yang meninggal di Batavia 20 September 1935. Dia adalah pencetus gagasan dan pendiri Sekolah Kedokteran Jawa (STOVIA) yang melahirkan Budi Utomo 20 Mei 1908.

(Alwi Shahab, wartawan Republika )

No comments: