Wiyogo Atmodarminto, wong Yogyakarta kelahiran 1926, menjadi gubernur DKI Jakarta periode 1987-1992. Lulusan Akademi Kemiliteran Yogya 1945-1948 ini menggantikan R. Soeprapto. Ketika menjabat gubernur DKI, ia baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai dubes RI di Jepang. Dalam usaha mengembangkan Ibu Kota, Wiyogo atau biasa disapa Bang Wi mencanangkan konsep 'Jakarta BMW' (Bersih, Manusiawi, Berwibawa).
Ketika ia mulai menjabat gubernur DKI (1987), pertumbuhan ekonomi kota ini kurang dari enam persen. Kondisi ekonomi Jakarta kala itu tidak terlepas dari resesi ekonomi dunia yang berkepanjangan dan keadaan ekonomi dalam negeri sendiri yang kurang menggembirakan. Maka dia pun membina industri kecil dan memberikan kredit kepada mereka. Kebijaksanaan ini, kata Bang Wi, agar pendapatan masyarakat lebih merata dan jumlah warga yang miskin berkurang.
Dalam melaksanakan pembangunan ekonomi di DKI, selain mengupayakan pertumbuhan dan pemerataan, kami mempertimbangkan ciri-ciri perekonomian daerah urban. Demi efisiensi, Pemprov DKI juga menata kembali pusat-pusat distribusi barang seperti pasar induk dan pasar kota yang terus menerus ditingkatkan kondisinya.
Untuk pusat perbelanjaan (shopping centre), kami batasi pada daerah-daerah yang memang peruntukannya komersil. ''Kalau menyimpang dari peruntukan, tidak saya izinkan,'' tegas Bang Wi. Agar konsepsional, kami menginginkan shopping centre ini ada di daerah-daerah primer. Kami ingin mendekatkan fasilitas belanja ke daerah-daerah permukiman. Ada sentra sekunder, ada sentra primer. Yang sekunder itu kecil. Yang primer seperti yang ada di Kelapa Gading, yang sudah merupakan kota tersendiri. Orang di daerah itu tidak perlu lagi pergi berbelanja jauh-jauh ke Blok M Plaza.
Sekarang shopping centre dan pasar swalayan sudah cukup berkembang. Kendalanya, kalau ada yang baru, yang lama lalu agak terbengkalai. Glodok Plaza misalnya, tidak seramai dulu.
Yang berkaitan dengan dengan kegiatan usaha, Pemprov DKI mempunyai 27 BUMD. Yang berbentuk Perusahaan Daerah selain PD Pasar Jaya ada Sarana jJya di bidang pembangunan. PAM Jaya untuk produksi dan distribusi air minum. BPD Jaya untuk perbankan dan Dharma Jaya untuk pemotongan dan perdagangan hewan potong. Selain itu ada tujuh yang berbentuk Badan Pengelola (BP), tiga berbentuk yayasan, dan 12 usaha patungan baik dengan swasta asing maupun swasta nasional. Antara lain yang terbesar adalah PT Pembangunan Jaya.
Salah satu masalah yang paling berat yang dihadapi Jakarta saat sekarang, dan yang dirasakan masih akan lama dihadapi, adalah masalah penghidupan golongan bawah. Selama pembangunan nasional belum merata, penduduk di daerah yang lebih sulit keadaan perekonomiannya akan terus mengalir ke Jakarta. Makin lama bukan makin berkurang, malah makin besar.
(Alwi Shahab, wartawan Republika )
Tuesday, October 09, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment