Inilah toko serba ada atawa departemen store di abad ke-19 yang dibangun pada 1890. Eigen Hulp Cooperative Department Store demikian nama koperasi serba ada ini yang terletak selatan Molenvliet West (kini Jl Gajah Mada), Jakarta Pusat. Department store ini merupakan salah satu dari dua toko serba ada terbesar di Batavia pada akhir abad ke-19.
Karena harga barang-barang lebih mahal katimbang di pasar tradisional, tidak heran kalau pembelinya sebagian besar para pejabat pemerintah Hindia Belanda dan pegawai swasta terkemuka. Terlihat sejumlah sado yang ditarik dan diberi pelindung saat panas terik maupun hujan tengah menanti para penumpang.
Toko serba ada dengan nama yang sama juga memiliki cabang di Noordwijk (kini Jalan Juanda). Seperti juga sekarang ini umumnya toko serba ada memiliki cabang-cabang di berbagai penjuru tanah air seperti kelompok-kelompok Matahari, Giant, Alfa Mart, Indo Mart dan Hero. Di sebelah kanan terlihat Marine Hotel, salah satu hotel modern ketika itu. Seperti juga toko serba ada Eigen Hulp, hotel ini sudah tidak ada lagi digantikan bangunan yang lebih modern.
Hotel ini kemudian menjadi kantor pusat Bank Tabungan Negara (BTN) dipersimpangan Jl Jaga Monyet (kini Jl Suryopranoto). Dinamakan jaga monyet karena pada abad ke-17 dibangun sebuah benteng untuk menghalau serangan balatentara Islam Banten, yang sering mengusik Batavia dari arah barat. Karena penjaga yang ditempatkan di sini lebih sering menghalau monyet-monyet yang sering mengganggu mereka hingga dinamakan Jaga Monyet.
Dalam foto terlihat deretan gardu penerangan jalan. Tapi ketika itu masih menggunakan lampu gas karena listrik belum nongol. Gas ketika itu merupakan penerangan dari rumah, hotel, sampai istana Governur Jenderal. Kembali kepada Departemen Store 'Eigen Hulp', toko keduanya terdapat dikawasan elit Eropa: Noordwijk (Jl Juanda). Yang letaknya bersebrangan dengan bagian selatan Jl Gajah Mada (Harmoni).
Di kedua toko ini dijual barang-barang mewah seperti busana impor dari Eropa, yang digemari para nona dan nyonya bule untuk menghadiri pesta-pesta di Batavia. Di samping busana juga tersedia parfume merk-merk terkenal dari Eropa, payung (ketika itu karena udara panas warga Eropa masih membawa payung bila mereka pesiar). Juga tersedia furnitur yang sangat disenangi oleh warga Eropa. Furnitur buatan departemen store ini pernah memenangkan medali emas dalam suatu kontes di Pasar Gambir 1907 yang dinilai memiliki ciri modern.
Di tengah-tengah Jl Gajah Mada yang seabad lalu masih tampak lengang terlihat rel trem yang menghubungi Mesteer Cornelis (Jatinegara)-Kota, Tanah Abang-Kota, dan Menteng-Kota. Kala itu trem masih menggunakan bahan bakar uap. Baru awal abad ke-20 bergulir trem listrik. Trem jenis ini berakhir tahun 1960 masa walikota Jakarta, Sudiro atas perintah Bung Karno.
(Alwi Shahab, wartawan Republika )
Tuesday, October 09, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment