Tuesday, October 09, 2007

Dari Pasar Kambing Jadi Pusat Tekstil

Foto yang diabadikan pada tahun 1859 oleh fotografer Woodbury & Page memperlihatkan Jalan Abdul Muis (dulu Jalan Tanah Abang Barat), Jakarta Pusat. Di sebelah kanan terlihat sebuah kanal dengan rakit-rakit dari bambu, beberapa di antaranya penuh dengan angkutan barang. Di antara deretan bangunan, tampak sebuah masjid dengan gentengnya bersusun dua. Di sebelah kanan masjid terdapat pertokoan Cina. Sedang di sebelah kiri masjid terlihat perumahan penduduk, yang kini sudah menjadi gedung-gedung bertingkat.

Di ujung Jl Abdul Muis, terdapat Tanah Abang Bukit, yang kini sudah menjadi daerah pertokoan mewah. Dahulu, Tanah Abang Bukit -- yang sampai awal 1980 menjadi Markas AURI Jakarta--, merupakan daerah perkebunan dan pengembalaan ternak khususnya kambing. Karenanya, Pasar Tanah Abang -- yang kini menjadi pusat perdagangan tekstil dan pakaian jadi paling besar di Indonesia -- dulu disebut juga Pasar Kambing.

Tanah Abang memiliki sejarah yang panjang. Menurut legenda, pasukan Sultan Agung dari Kerajaan Islam Mataram ketika menyerang Batavia pertama kali (1628) berbasis di sini. Karena tanahnya merah -- mereka sebut tanah abang. Jalan Abdul Muis yang bermuara di pusat pertokoan Tanah Abang, saat ini merupakan kawasan yang sangat padat. Karena mereka yang hendak ke Tanah Abang dari arah Jakarta Kota melalui jalan ini. Sedangkan kanal seperti yang terlihat dalam foto yang dulu dapat dilalui rakit-rakit kini merupakan comberan (got besar).

Warga Tionghoa setelah peristiwa pembantaian mereka (1740) di Glodok, Jakarta Kota, banyak tinggal di Tanah Abang. Khususnya di Jalan Abdul Muis. Sedangkan orang Arab lebih banyak tinggal di kawasan Jalan Kebon Kacang, yang kini sudah berubah fungsi menjadi pertokoan dan gudang barang-barang serta tekstil.

Tanah Abang menjadi kesohor sebagai pusat tekstil dan pakaian jadi yang didatangi para pedagang dan pembeli dari mancanegara, sekalipun sekarang menghadapi saingan dari produk-produk Cina. Pasar ini dibangun 1735 oleh seorang penguasa tinggi VOC bersamaan dengan Pasar Senen, yang kini juga tengah mnelebarkan sayapnya sebagai pasar modern. Kawasan Tanah Abang juga dikenal sebagai daerah kuburan. Termasuk kuburan Kristen yang kini jadi Museum Prasati. Begitu terkenalnya sebagai tempat pemakaman sampai orang Belanda berseloroh: trug naar Tanah Abang yang maksudnya kembali ke Tanah Abang masuk liang kubur.

(Alwi Shahab, wartawan Republika)

No comments: