Thursday, July 05, 2007

Megahnya Pemakaman Orang Cina

Esok, Ahad (18/2-2007) merupakan hari raya Imlek. Bagi orang Cina tempo doeloe kedatangan Imlek kudu dibarengi dengan hujan. Yang menurut orang-orang tua, hujan di hari Imlek seperti rezeki yang ngocor dari langit. Tapi sekarang -- akibat banjir yang masih terasa di Ibu Kota -- masyarakat mengharapkan agar Jakarta jangan lagi diguyur hujan, meski Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memperkirakan hujan akan turun pada Imlek besok.

Untuk menyambut Imlek kami turunkan foto pemakaman orang Cina di kawasan Jakarta Kota. Foto ini diambil pada 1910-an, saat di Jakarta masih banyak terdapat pemakaman Cina (Sentiong). Tidak dijelaskan siapa yang dimakamkan. Tapi melihat dari pengiring jenazah dan panji-panji yang mereka bawa, dipastikan yang akan dimakamkan seorang tokoh Cina terkemuka. Sebelum dimakamkan -- jenazah yang disimpan dalam peti terbuat dari kayu jati yang tebal -- disimpan selama beberapa hari di rumah duka. Di depan peti dipasang meja tempat bermacam-macam sajian. Tiap pelayat diberikan hio untuk memberikan hormat kepada jenazah.

Sesuai dengan tradisi Cina masa itu, saat iring-iringan berangkat ke pemakaman dari rumah duka, beberapa buah semangka besar yang ditaruh di meja sembahyang, dibanting di jalan. Tujuannya untuk menyenangkan penguasa dunia bawah, sehingga yang meninggal tidak terlalu diganggu. Keluarga harus mengenakan pakaian berkabung dari kain belacu dengan terbalik, yaitu jahitannya di luar. Mereka juga diharuskan memakai ikat pinggang dan ikat kepala, seperti juga baju bewarna putih. Sedangkan kaum perempuan diharuskan menggunakan kain, kebaya, dan penutup kepala yang puncaknya lancip dari kain belacu.

Menurut tradisi leluhur kala itu, mereka yang meninggalkan dunia dipeti jenazah atau tempat pemakaman dimasukkan barang-barang kesukaan yang meninggal. Oei Hong Kian, dokter gigi Soekarno dalam buku ''Peranakan yang hidup dalam tiga budaya'' menceritakan, ketika kakeknya meninggal pada 1930 dibuat sebuah bangunan mini yang bagus, terbuat dari bambu dan kertas. Lengkap dengan mebelnya yang dibuat dengan penuh detail. Peralatan seperti radio-radioan dan telepon-teleponan pun ada. Di garasinya ada mobil bagus lengkap dengan sopirnya.

Dulu di Jakarta banyak pemakaman Cina yang terbuat dari tembok tingi, tergantung status sosial yang bersangkutan. Kini warga Cina yang masih mempertahankan adat istiadat leluhur, bila meninggal dunia umumnya dikremasi, dan abunya disimpan dalam altar tempat mereka memuja arwah nenek moyang.


(Alwi Shahab, wartawan Republika )

No comments: