Friday, July 06, 2007

Kanal Pelabuhan Sunda Kelapa

Foto yang diabadikan photografer Woodbury & Page pada 1870 yang merupakan awal penemuan photografi memperlihatkan kanal di Pelabuhan Sunda Kelapa, Pasar Ikan, Jakarta Utara, menuju ke arah laut di Teluk Jakarta. Di bagian kiri terlihat Pasar Ikan yang dibangun 1848 dan hingga kini masih berdiri.

Foto di bagian kanan, yang letaknya di bagian timur Muara Ciliwung terlihat deretan gedung-gedung berupa kantor administrasi pelabuhan dan bea cukai. Masih di deretan gedung-gedung yang dahulu merupakan salah satu daerah paling indah di Jakarta, paling kanan adalah tempat peristirahatan. Mereka yang tiba di Batavia pada menjelang fajar, sebelum menuju pusat kota terlebih dulu singgah di gedung ini. Baru keesokan harinya dengan menaiki kereta kuda --delman dan sado-- yang merupakan transportasi utama kala itu, mereka memasuki pusat kota.

Tempat persinggahan ini bernama Stads Herberg dibangun 1849 dan kala itu tempat ini sangat bermanfaat bagi pendatang baru ke Batavia setelah mengarungi samudera selama berbulan-bulan dari Eropa. Tempat persinggahan atau semacam hotel ini dibangun atas inisiatif HS van Hogizard seorang pengusaha yang memiliki banyak tanah dan bangunan di kawasan ini. Boleh dikata --Stads Herberg-- mengalami tahun keemasan pada 1849-1885. Tapi setelah dibangunnya Tanjung Priok (1885), losmen ini berganti usaha dan pemilik. Gedung ini digusur tahun 1949, bersamaan dengan sejumlah gedung-gedung di sekitarnya.

Di depan tempat persinggahan tampak dua buah bangunan dari seng. Di tempat inilah barang-barang para pendatang dari Eropa diperiksa oleh pihak Bea Cukai. Di sampingnya tampak sederetan perahu atau sampan.

Menunjukkan kala itu muara Ciliwung masih lebar. Kawasan sekitar tempat ini pernah menjadi pusat Kota Batavia. Inilah jatung suatu jaringan VOC yang agen-agennya pernah tersebar sampai Deshima (Nagasaki-Jepang). Dan Pasar Ikan pernah jadi nadinya. Di kawasan inilah letak cikal bakal dan kota Pangeran Jayakarta yang dengan bijaksana mempertahankan kediamannya ini, setelah mengusir Portugis (1527). Dan dari tempat inilah berkembang Kota Megapolitan Jakarta.


(Alwi Shahab, wartawan Republika )

No comments: