Friday, July 06, 2007

Gang Thiebault di Noordwijk

Berbelok ke arah kiri dari Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, menuju Pecenongan dan Pasar Baru, di masa kolonial merupakan kawasan elite. Noordwijk, nama jalan itu sekarang ini menjadi Jl Juanda, untuk mengenang almarhum Perdana Menteri Juanda, yang wafat saat bertugas pada masa Bung Karno akibat serangan jantung. Di samping kawasan Eropa, di Noordwijk terdapat pertokoan, hotel dan perkantoran. Sebagian besar juga milik warga Eropa.

Di Jalan Juanda berbelok ke kiri dari Departemen Sosial terdapat Jl Juanda III. Dulunya adalah Gang Thiebault yang oleh lidah Betawi disebut Gang Tibo. Pada 1872, photographer Woodbury & Page mengabadikan Jl Juanda III yang berada di tepi Ciliwung. Gang Thiebault untuk mengabadikan nama seorang Belanda, Alfred Thiebault yang pernah tinggal di sana.

Jalan Juanda III yang kini hampir tidak ada lagi tempat kediaman, kecuali perkantoran, pertokoan dan rumah makan, seperti terlihat si foto masih sangat sepi. Di kiri-kanan jalan yang masih belum diberi aspal, terdapat berbagai jenis pohon besar, termasuk pohon kelapa. Tidak heran, kalau di ujung jalan Juanda III terdapat kampung Kebon Kelapa. Di sini terdapat Masjid Kebon Kelapa, yang sejak 1950'an dikembangkan tarekat oleh Kiai Abdul Fatah. Di masjid tua ini para pengikutnya -- baik tua dan muda -- menggunakan sorban putih sambil berzikir tiap habis shalat.

Di foto tampak beberapa sado atau delman, yang kala itu merupakan transportasi utama kota Batavia. Di sebelah kanan foto adalah Hotel de L'Europe, yang kini diperkirakan menjadi gedung Departemen Sosial sebelum pindah ke Salemba.

Alfred Thiebault, yang diabadikan untuk nama jalan di kawasan Noordwijk, memulai karirnya sebagai guru pada 1852. Kemudian dipercayakan jadi pengelola klub militer Concordia (kini jadi bagian Departemen Keuangan di Lapangan Banteng). Dia kemudian diangkat jadi pengelola klub Harmonie (kini jadi bagian Sekretariat Negara). Alfred Thiebault seorang intelek tersohor di Batavia. Ia juga penulis puisi, ahli silsilah, dan ilmu lambang. Pada akhir hayatnya ia memiliki banyak perkebunan yang kini jadi bagian kelurahan Kebon Kelapa.


(Alwi Shahab, wartawan Republika)

No comments: