Jauh sebelum Gubernur Jenderal Willem Herman Daendels membangun Istana yang juga dikenal dengan istilah Gedung Putih (kini Departemen Keuangan) pada 1811, Petrus Albertus van der Parra telah membangun istana yang sekaligus dijadikan vila di Senen, yang termasuk kawasan Weltevreden. Karena itu, dia dinamakan Istana Weltevreden. Istana yang kini menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto itu dibangun pada tahun 1769 dan berkuasa selama 14 tahun -- gubernur jenderal terlama di Hindia Belanda --. Ia meninggal dunia di kediamannya yang mewah itu pada 1775.
Dalam gambar yang dilukis oleh Rach, seorang perwira VOC terlihat bagaimana luasnya bangunan istana ini hingga sampai ke jalan Senen Raya. Van der Parra sendiri terlihat diantara orang-orang yang tengah santai di halaman kediamannya, didampingi oleh pasukan bersenjata. Van der Parra dikenal sebagai gubernur jenderal yang senang berfoya-foya. Dia juga mempunyai istana yang sama di Jacatraweg (kini Jl Pangeran Jayakarta) yang kala itu merupakan perumahan elite di Batavia.
Dia membangun Istana Weltervreden sekaligus sebagai tempat untuk dia dan keluarganya beristrihaat diakhir pekan. Kala itu Pasar Senen merupakan kawasan yang letaknya jauh di luar kota.
Van der Parra disamping senang berfoya-foya , dia digambarkan sebagai sok merasa penting dan otokratik. Dia diangkat sebagai gubernur jenderal pada usia ke-49. Ia yang diangkat 1761 menunda upacara pelantikannya sampai 1763. Di samping menunggu kepastian dari pengurus VOC di Amsterdam, van der Parra menginginkan agar upacara pelantikan itu bertepatan dengan hari kelahirannya 29 September 1763. Maka diselenggarakanlah pesta besar-besar yang dihadiri bukan hanya pembesar VOC, tetapi juga para bupati Priangan, Cirebon, dan wilayah sepanjang utara Jawa dan Madura. Keraton Yogya dan Solo juga mengirimkan utusan. Ada lagi suatu kebiasaannya, setiap sore diadakan semacam toast untuk kesehatan sang gubernur jenderal beserta istrinya. Ini rutin dilakukan tiap hari sejak pukul 06.00 sore dan baru berakhir pukul 09.00 malam. Pada saat perayaan ulang tahun perkawinan perak sang gubernur jenderal di tahun 1768, anaknya yang baru berusia delapan tahun didandani bagaikan seorang pangeran. Pada usia 13 tahun puteranya ini sudah dimasukkan dalam daftar gaji pegawai VOC dengan jabatan sebagai staf pada sekretariat pemerintah. Di mata orang Eropa di Batavia kurang menyukai gaya hidupnya yang boros dan hura-hura itu. Tetapi ia banyak dipuji oleh pihak gereja Batavia, karena sangat murah hati dalam memberi hadiah kepada pendetanya dan banyak menyumbang bagi kegiatan gereja dan perawatan anak yatim.
Menurut Mona Lohanda dalam buku 'Sejarah Para Pembesar Batavia'', van der Para, membeli tanah Weltevreden tahun 1769. Bangunan ini ada masih sampai tahun 1820, tetapi di atas tanah itu berdiri rumah sakit militer yang dibangun 1857 yang sekarang kita kenal sebagai Rumah Sakit Pusat AD Gatot Subroto).
Di rumah sakit ini pula Presiden Bung Karno di rawat selama beberapa dan meninggal dunia pada 21 Juni 1970. Untuk membesuknya harus ada izin dari pemerintah. Termasuk Bung Hatta baru bisa membesuk Bung Karno setelah mendapat izin dari Sekretaris Militer yang saat itu dijabat oleh Mayjen Tjokopranolo.
(Alwi Shahab, wartawan Republika )
Sunday, February 03, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment