Monday, June 01, 2009
Trem Melintas di Stasiun Beos
TREM LISTRIK : Stasiun Beos (Jakarta Kota) tahun 1957, sementara trem listrik melintas di depan taman, yang kini sudah menjadi terminal busway (TransJakarta)
Foto tahun 1957 atau 51 tahun lalu ini adalah stasiun Beos (Jakarta Kota) sementara trem listrik melintas di depan taman, yang kini sudah menjadi terminal busway (TransJakarta).Kata Beos merupakan ucapan lidah Betawi untuk kata perusahaan kereta api kala itu: BOS. Singkatan dari kepanjangan Bataviasche Oossterpoorweg Maatchappij yang membuka jalur kereta api sejak 1887 ke Bekasi sepanjang sisi timur melalui Kemayoran, Pasar Senen, dan Medester Cornelis (Jatinegara). Lihatlah betapa sepinya sekitar Glodok pada tahun 1950-an, seorang anak tengah mengendarai sepeda dan beberapa orang lainnya tengah turun dari trem listrik yang memiliki tiga gerbong.
Meskipun perusahaan KA Beos sudah berdiri sejak 1887, tapi stasiunnya yang kini juga dikenal dengan stasiun Jakarta Kota telah dibangun sejak tahun 1920-an dan hingga kini masih berdiri dengan megah. Stasiun Beos sebelumnya berada di depan Balai Kota (stadhuis) yang kini menjadi Museum Sejarah DKI Jakarta.
Sampai tahun 1960 sebelum dibongkar, trem listrik yang dimulai di Batavia sejak 1899, merupakan kendaraan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebelum trem listrik di Batavia, muncul trem kuda (1869) disusul dengan trem uap (1881). Trem menelusuri sepanjang kotapraja Jakarta. Dari mulai Jatinegara sampai Pasar Ikan yang ketika itu merupakan salah satu pusat perdagangan dan perkantoran (Jl Kalibesar).
Trem listrik mengoperasikan lima jalur, seperti Menteng - Kramat - Jakarta Kota. Senen - Gunung Sahari. Menteng - Merdeka Timur - Harmoni. Menteng - Tanah Abang - Harmoni.Beberapa orang tua menyatakan bahwa keunikan Jakarta di masa itu yang kini telah hilang adalah trem kota. Naik trem selain harganya murah sekitar sepicis atau sepuluh sen, juga praktis. Karena, hampir seluruh Kota Jakarta ketika itu dapat dilalui. Rakyat dengan mudah dapat menunggu trem yang berseliweran hanya tiap beberapa menit.
Trem digusur pada 1960-an. Menurut Bung Karno, kendaraan yang ditiru dari Eropa ini tidak cocok untuk Jakarta. Lebih cocok kalau dibangun metro atau kereta api bawah tanah. Ketika trem dihapus, karena membongkarnya lebih mahal, terpaksa diaspal.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment