Monday, June 01, 2009

Cara Bang Pi'ie Jinakkan Preman

Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri, yang belum sebulan dilantik, telah membuat kejutan. Ribuan preman yang berbuat kejahatan di terminal, stasiun kereta api, dan pasar-pasar, disikat habis. Termasuk Hercules dan sejumlah anak buahnya yang selama ini seolah-olah kebal hukum. Beberapa anggota kelompoknya kini masih dalam pengejaran.

Kapolri mengharuskan para Kapolda untuk mematuhi perintahnya itu. Operasi Cipta Kondisi ini yang dilakukan Polda Metro Jaya saja telah menangkap 941 orang. Sebanyak 121 orang dinyatakan tersangka. Mereka kini mendekam di berbagai penjara Polres dan Polsek. Sebanyak 820 orang lainnya dibina Polisi dan Pemda Provinsi DKI.

Hingga Ahad (9/11-2008) sekalipun operasi baru berlangsung dua hari, polisi di semua Polda telah menangkap 3.184 preman. Sebanyak 369 orang ditahan untuk diproses secara hukum. Operasi preman masih akan berlangsung terus sampai negara aman dari tindakan kriminal yang makin meresahkan.

Karena banyaknya preman, bisa-bisa perlu dibangun penjara-penjara baru. Belum lagi untuk tersangka kasus korupsi yang jumlahnya terus meningkat. Sejauh ini, maraknya premanisme karena ada pihak yang membekingnya. ''Kalau ada polisi yang membeking, dia adalah kepala preman,'' ujar seorang perwira polisi dalam suatu acara di televisi.

Sejumlah pedagang dan pengemudi angkutan umum yang biasa dipalak para preman di hampir semua pasar dan terminal menyambut baik langkah kepolisian itu. Mereka berharap agar operasi ini jangan hanya 'hangat-hangat tai ayam'.Langkah aparat kepolisian untuk menciptakan keamanan di Ibukota pernah dilakukan oleh Kapten Imam Syafi'ie atau Bang Pi'ie. Melalui organisasi COBRA (Corps Bambu Runcing), anak kelahiran Jl Bangka, Kemang, Jakarta Selatan ini adalah orang yang ditakuti dan dimalui semua preman di Jakarta pada 1950-an dan 1960-an.

Dia awalnya dikenal sebagai jagoan Senen. Peristiwanya terjadi pada 1942. Kala itu yang menjadi jagoan Senen adalah seorang jagoan dari Cibedug, Bogor. Suatu ketika Bang Pi'ie yang bertubuh kecil ini harus berhadapan dengan sang jawara yang badannya tinggi besar.Ketika berduel, Bang Pi'ie harus naik ke bale tukang sayur. Lalu dia menebas sang jagoan di tengkuknya dengan golok. Dengan luka-lukanya sang jagoan tidak berdaya dan tidak berani lagi muncul di pasar Senen. Sejak saat itu Bang Pi'ie menjadi jagoan Senen yang ditakuti.

Pada 17 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan RI. Bang Pi'ie berperan besar dalam menggerakkan dan menghimpun masyarakat Senen dan sekitarnya untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan.Pada 19 September 1945 ia ikut berperan dalam menggerakkan massa menghadiri rapat raksasa IKADA (kini Monas) yang dihadiri satu juta massa dari Jakarta, Bekasi, Karawang, hingga Bogor. Tidak berapa lama pasukan Belanda (NICA) datang ke Jakarta untuk berkuasa kembali. Bang Pi'ie dan para pengikutnya melakukan perlawanan.

Setelah kemerdekaan, banyak pasukannya yang tidak mendapat tempat di ABRI. Lalu Bang Pi'ie menghimpun mereka dalam COBRA. Kala itu, Bang Pi'ie berpangkat kapten, sebagai perwira yang diperbantukan pada Komando Militer Kota Besar Djakarta (KMKBDR).COBRA mememberlakukan disiplin yang keras terhadap para anggotanya. Anggota yang menyeleweng seperti melakukan kejahatan akan ditindak tegas. Tapi terlebih dulu ditanyakan alasan mengapa ia melakukan kejahatan. Jika tak punya uang dan modal ia memberikannya. Meskipun untuk itu ia tidak segan-segan minta bantuan tauke Cina.

Bila setelah mendapat bantuan orang tersebut masih melakukan kejahatan, Bang Pi'ie tidak memberi ampun. ''Orang tersebut dihajar dengan buntut ikan pari yang berduri dan bergerigi,'' tutur putranya, Asmawi, kepada penulis beberapa waktu lalu. ''Hukuman ini lebih ringan dibandingkan kalau bapak memukul dengan tangan kirinya yang merupakan pukulan maut,'' tutur Asmawi.

Menurut tokoh Betawi H Irwan Syafi'ie (78) yang pernah berkecimpung dalam COBRA, hasil kejahatan seperti mencuri tidak boleh digunakan sebelum tujuh hari. Kalau ada yang melapor biasanya uang dan benda hasil curian itu kembali ke pemiliknya.''Berkat berhasil menjinakkan preman, Jakarta aman pada masa itu, termasuk pada saat SOB diberlakukan,'' tutur jagoan Betawi yang telah haji dan taat beribadah itu. Pokoknya para preman berhasil dibikin bertekuk lutut kepadanya.

Meskipun bekas jagoan Senen, Bang Pi'ie tekun melanjutkan pendidikan dan karir militernya. Dibuktikan ketika ia lulus Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (SSKAD) pada 1958. Pangkatnya ketika itu Letkol. Dia juga sering ikut mengawal perjalan Presiden Sukarno.

Di samping itu dia dipercaya menjadi anggota staf Jenderal TNI Abdul Haris Nasution. Sebagai anak Betawi, dia juga dekat dengan para alim ulama, termasuk pimpinan majelis taklim Kwitang, Habib Ali Alhabsyi. Guru silatnya adalah Habib Abdulkadir Alhadad.Karena keberhasilannya dalam mengamankan Ibukota, pada 24 Pebruari 1966, ia oleh Bung Karno dilantik sebagai Menteri Keamanan Nasional dalam Kabinet Dwikora yang disempurnakan. Sayangnya, ketika kabinet ini dibubarkan Pak Harto melalui Supersemar (11 Maret 1966), Bang Pi'ie dikejar-kejar dan semua tempat tinggal keluarganya diperiksa dengan seksama.Dia kemudian ditahan tanpa diadili. Ketika dibebaskan ia sakit parah dan meninggal 9 September 1982. Dua orang yang menjadi kaki tangannya adalah Mad Bendot dan Saumin. Keduanya sudah meninggal dunia.

(By Alwi Shahab)

No comments: