Monday, June 01, 2009

Kereta kuda ala Eropa di Glodok

Kereta kuda ala Eropa di Glodok

Foto awal abad ke-20 ini bukan di Eropa. Tapi, di Jakarta yang ketika itu bernama Batavia. Tepatnya, di ujung selatan Jl Kali Besar Timur, Jakarta Kota, dipandang dari Jembatan Tengah. Betapa lengangnya Kota Jakarta saat mobil belum banyak bermunculan. Salah satu keistimewaan yang kini sudah tidak ditemui lagi di seluruh Jakarta adalah bersihnya jalan raya. Di masa kolonial, rupanya rakyat lebih mematuhi peraturan, termasuk tidak membuang sampah sembarangan apalagi di jalan dan sungai-sungai.

Di sebelah kiri terlihat warung milik warga Cina, yang ketika itu beroperasi sampai ke kampung dan desa-desa. Mereka menjual kebutuhan pokok sehari-hari, seperti beras, minyak, kayu bakar, dan arang. Maklum ketika itu untuk memasak digunakan kayu bakar hingga tidak pernah kesulitan minyak tanah.

Waktu itu, kereta kuda merupakan angkutan dominan. Terlihat dua kereta yang ditarik oleh dua ekor kuda. Sedangkan sais duduk di depan dan penumpang di bagian belakang ditutup oleh semacam tenda. Kereta macam ini meniru kereta di Eropa pada abad ke-18 dan ke-19 saat kendaraan bermotor belum beroperasi. Kereta kuda macam ini masih terdapat di Museum Kraton, Yogyakarta, yang diberi sesaji dan diberi nama kiai.

Pada awal abad ke-19, Gubernur Jenderal Willem Herman Daendels memindahkan pusat kota ke arah selatan Weltevreden yang disebut kota atas atau kota baru karena letaknya lebih tinggi dari Batavia Lama di tepi laut. Weltevreden kala itu masih disebut kota pinggiran. Kala itu, kota atas disebut uptown dan kota bawah downtown.

Di sisi timur Kali Besar, bangunan yang banyak didirikan pada awal abad ke-20 sampai sekarang masih berfungsi dan dalam kondisi yang baik meskipun banyak yang sudah kumuh. Dalam hal bentuk bangunan, seperti terlihat di foto hampir semua bangunan berderet-deret dengan jendela-jendela besar di atasnya. Kota atas sekitar Weltevreden (Lapangan Banteng, Pasar Baru), Koningsplein (Medan Merdeka), Senen, Risjwijk (Jl Segara), dan Noordwijk (Jl Juanda).

Sejak 1750-an berganti-ganti gubernur jenderal memilih tinggal dan bekerja di wilayah yang lebih sehat di daerah selatan. Hanya pegawai VOC yang lebih rendah terus bekerja dan tinggal di kawasan kurang sehat, yaitu dalam tembok Batavia, sekitar Pasar Ikan.

(By Alwi Shahab)

No comments: