Akhir-akhir ini musibah secara beruntun melanda negeri kita. Baik berupa gempa bumi di Alor dan Nabire, maupun kecelakaan pesawat terbang di Solo dan lalu lintas di berbagai tempat, yang kesemuanya menelan korban jiwa cukup besar. Tentu saja kita turut berduka kepada para korban dan keluarga yang tertimpa musibah ini.
Musibah baik fisik maupun nonfisik datang jalin-menjalin kepada umat manusia di dunia ini. Ia selalu hadir berupa ''tamparan'' atau ''cubitan'' yang tidak enak untuk dirasakan. Dalam menghadapi musibah ini, kita diingatkan oleh firman Allah, ''Sungguh akan Kuberikan kepadamu kecemasan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa serta buah-buahan, tetapi berbahagialah orang yang bersabar, yaitu orang-orang yang ditimpa musibah mereka mengucapkan, 'Sungguh kita kepunyaan Allah dan kepada-Nya kita akan kembali'.'' (QS 2: 155-156).
Melalui ayat tersebut, orang yang biasa bersabar diuji kualitas kesabarannya. Sedangkan orang yang belum bersabar diberi peluang untuk mendapatkan kesabaran lantaran musibah itu. Di samping musibah karena faktor alam (takdir), kita pun sangat prihatin dengan maraknya musibah yang penyebabnya justru karena ulah dan keteledoran manusia sendiri. Angka-angka kecelakaan di jalan raya di negeri kita sungguh mengerikan. Berdasarkan data, sekitar 12 ribu jiwa melayang percuma setiap tahun atau 34 orang per hari akibat kecelakaan lalu lintas.
Dengan tingkat kecelakaan lalu lintas yang tinggi dan menelan banyak korban itu, kita jelas memerlukan manusia-manusia yang mau menjaga ketertiban di jalan raya. Mereka yang mau menghormati dan bersopan santun pada pengguna jalan. Kita menjadi sangat prihatin, karena para pengendara tampaknya kini sudah tidak lagi mengenal sopan santun lalu lintas.
Dalam Alquran surat Al-Naml ayat 18-19, Allah SWT memberikan contoh bagaimana Nabi Sulaiman beserta tentaranya telah membagi jalan kepada barisan semut. Dalam surat tersebut Allah juga memerintahkan umat manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan memperhatikan kepentingan bersama. Karena, salah satu prinsip dari ajaran Islam adalah kebersamaan dan ia harus mewarnai segala aktivitas kita, termasuk para pengendara untuk berdisiplin.Dalam memelihara sopan santun di jalan, kita juga dapat mencontoh Sayidina Ali bin Abi Thalib. Dikisahkan, suatu hari ketika Ali dalam perjalanan menuju masjid, ia melihat di hadapannya seorang tua yang jalannya terseok-seok menuju ke tempat yang sama. Serta-merta Ali menghentikan dan memperlambat jalannya, sampai orang tua itu lebih dulu memasuki masjid.
Kalau saja teladan tersebut kita jalankan, alangkah nyamannya berkendaraan di jalan raya. Bukan saja akan mengurangi kemacetan, tapi juga korban jiwa. Bukankah agama telah memperingatkan 'agar kita jangan berjalan di muka bumi dengan sombong alias semau gue. Karena, ia merupakan salah satu perbuatan yang amat dibenci oleh Allah'. (Al-Isra ayat 37-38). Wallahu a'lam bis-shawab.
(Alwi Shahab)
1 comment:
just outta curiousity...what language is yr blog in? Is it Indonesian or wha?
Post a Comment