Friday, January 07, 2005

Batavia: Venesia dari Jawa

Jakarta Great Sale merupakan paket wisata yang akan digelar akhir Desember ini. Sebagai ajang diskon besar-besaran, Dinas Pariwisata DKI dan Asosiasi Pengusaha Retail akan memberikan bonus bagi wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung lebih lama di Jakarta, atau membawa keluarganya. Paket wisata belanja ini mengikutsertakan pihak perhotelan dan elemen wisata lainnya. Selama ini, menurut Kepala Dinas Pariwisata DKI Aurora Tambunan, sebagian besar wisman yang datang ke ibu kota untuk bisnis, sedikit sekali untuk wisata.

Dalam agenda Jakarta Great Sale juga akan digelar progra Enjoy Jakarta River dan Enjoy Jakarta Golf. Hal ini untuk menjadikan Jakarta sejajar dengan Kuala Lumpur dan Singapura yang sukses mengundang arus wisman. Sejak kerusuhan 1997 dan disusul berbagai ledakan bom, dunia pariwisata Indonesia mengalami masa suram. Kalau sebelumnya tingkat hunian hotel di Jakarta sekitar 60 sampai 80 persen, kini tinggal separuhnya, yaitu 35 sampai 40 persen. Rupanya dampak bom sangat parah. Pada 2004 DKI mentargetkan 1,3 juta kunjungan wisman, tapi sampai September 2004 yang datang baru 650 ribu orang.

Dalam kaitan paket Enjoy Jakarta River, timbul pertanyaan mana sungai di ibu kota yang dapat dinikmati oleh para wisman. Karena nyaris semua sungai yang ada sudah berubah fungsi jadi selokan besar. Yang di musim hujan, sungai-sungai yang kelebihan air menghantam rumah-rumah yang kebanjiran di kiri kanan bantarannya.

Pemda DKI pernah berencana melakukan Proyek Kali Bersih (Prokasih). Tapi, upaya untuk memfungsikan kembali sungai-sungai ini kagak kesampean karena terjadi krisis moneter. Proyek ini memerlukan biaya bejibun. Belum lagi untuk memindahkan penduduk yang berjubelan di kiri kanannya. Hotel Omni Batavia, hotel berbintang lima di Kalibesar Timur, Jakarta Barat, yang terletak di muara Ciliwung, pernah melakukan pembersihan. Agar sungai ini tidak hitam seperti air selokan dan berbau. Tapi, tidak berhasil karena sampah dan lumpur yang datang dari arah selatan susah kebendung. Pemerintah Korea Selatan ketika menyelenggarakan Olimpiade di Seoul (1988) melakukan pembersihan pada sungai-sungai di kota itu yang kemudian menjadi tempat wisata air bagi wisman yang banyak berdatangan.

Dalam buku berjudul Batavia Awal Abad 20 disebutkan, pada kurun waktu abad ke-17 dapat dikatakan sebagai awal pariwisata modern ketika bangsa Eropa mulai mendatangi nusantara. Meski tujuan awal mereka berniaga, bukan untuk berwisata dan menikmati keindahan alam, banyak diantara mereka yang terkesan dengan keindahan alam Nusantara dan penduduknya. Hal ini diketahui dari catatan-catatan pribadi yang sempat dibuat para peniaga asing yang bertandang ke Nusantara. Ketika kembali ke Eropa dan catatan-catatan itu diterbitkan lantas menarik minat orang untuk melakukan perjalanan dan petualangan ke negeri eksotis ini.

Ketika seluruh Nusantara ditaklukkan, terutama Aceh (1908), dan dibukanya jalur pelayaran oleh KPM (Koninklijke Paketvaart Maatschappi) ke berbagai wilayah semakin banyak orang Eropa berdatangan kemari. Iklan-iklan beberapa perusahaan pelayaran pun kemudian menambahkan layanan jalur ke Hindia Belanda sebagai paket perjalanan wisata.

Buku panduan wisata yang dibuat pada akhir abad ke-19 berisi petunjuk perjalanan ke Batavia dan Buitenzorg (Bogor) pada 1872. Selain itu terdapat pula buklet wisata berisi perjalanan ke Bandung, Garut dan sekitarnya (1898), Batavia, Buitenzorg dan Priangan (1891). Terdapat pula petunjuk jalan ke Banten (1930). Tentu saja masih puluhan lagi buku panduan pariwisata yang disebarkan ke Eropa mengenai Hindia Belanda. Termasuk tempat-tempat yang disarankan untuk dikunjungi, makanan khas, pemandangan alam, dan berbagai kesenian. Daerah tujuan wisata pun sengaja diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan selera dan keinginan orang Eropa.

Untuk menimbulkan kesan seperti di rumah sendiri, mereka menggunakan istilah-istilah Parijs van Java untuk Bandung, Switzerland van Java untuk Garut, Venetia van Java untuk Batavia, dan Costa Brava van Java untuk Semarang. Yang diutarakan dalam buku-buku petunjuk wisata yang dikeluarkan Dinas Pariwisata Hindia Belanda itu adalah tempat-tempat berlibur di Eropa yang banyak dikunjungi saat liburan. Dengan kata lain pemerintah kolonial berusaha menciptakan Eropa-Eropa baru di daerah tropis dengan cara memindahkan pemandangan di Eropa ke sini.

Jika Batavia mendapat julukan demikian, tidaklah terlalu mengada-ngada. Ketika itu Batavia masih dikitari sungai dan kanal-kanal buatan yang banyak dibangun di berbagai tempat. Seperti layaknya Venesia, sebuah kota di Italia yang dikelilingi air. Di depah sungai dan kanal-kanal ini, warga Belanda membangun rumah-rumah besar dengan pekarangan besar. Di depan pekarangan terdapat tambatan perahu sebagai alat transportasi untuk saling berhubungan dengan tetangga. Selain itu, perahu ini juga banyak digunakan para muda-mudi sebagai tempat pacaran, terutama di malam Minggu sambil memetik gitar bernyanyi.

Di Nieuw Batavia yang makin berkembang pada awal abad ke-20, orang Belanda membangun rumah di pinggir jalan tetap dengan gaya Eropa dan dinaungi pohon-pohon rindang. Rumah itu dibangun di atas tanah luas dan dilengkapi taman bunga dengan beranda di bagian depan dan belakang rumah. Di sekitar Jl Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Jl Juanda, Pasar Baru, dan Gambir berdiri gereja-gereja baru, sekolah, klab malam, dan belasan hotel. Semuanya dengan ciri Eropa modern. Dan Belanda pun menjuluki Batavia sebagai Ratu dari Timur. /

(Alwi Shahab)

No comments: