Pahlawan Nasional kelahiran Betawi kini menjadi dua orang setelah pemerintah menetapkan komponis dan pencipta lagu, almarhum Ismail Marzuki sebagai pahlawan nasional. Sebelumnya, Mohammad Husni Thamrin merupakan pahlawan nasional pertama kelahiran Betawi.
Penganugerahan Pahlawan Nasional disematkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kepada putri angkat almarhum Ismail Marzuki, Rachmi Aziah. Ahli waris Pahlawan Nasional itu berhak mendapatkan santunan dari negara Rp 600 ribu per bulan. Ismail Marzuki, yang namanya diabadikan untuk Taman Ismail Marzuki meninggal dunia 1958 dalam usia 44 tahun. Sedangkan istrinya, Lies Zuraedah meninggal 2002 lalu.
Selama hidupnya yang singkat, Bang Maing, sebutan populer Ismail Marzuki, telah menciptakan tidak kurang 200 lagu. Ada pula yang menyebutkan 300'an lagu dalam berbagai jenis irama. Sebagai seorang nasionalis relijius -- masa kecilnya mengaji di Unwanul Falah Kwitang - ia menciptakan lagu dengan setting perjuangan dari Sabang sampai Merauke. Seperti lagu ''Olele di Kotaraja' dan 'Irian Samba'.
Ismail, merupakan sosok Islam moderat yang istiqomah menggali dan mengamalkan Islam sekaligus mendalami seni. Ini dapat kita resepi dari karyanya Gugur Bunga, Indonesia Tanah Pusaka, dan masih banyak lagi. Karena lagu 'Rayuan Pulau Kelapa' yang diciptakan pada 1950'an, Bung Karno memberikan penghargaan Piagam Wijayakusuma kepadanya.
Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Rusdi Saleh, atas nama warga Jakarta dan Betawi khususnya menyatakan penghargaan kepada pemerintah atas anugerah ini. Warga Betawi merasa tersanjung dengan penghargaan Pahlawanan Nasional kepada salah seorang putra terbaiknya.
Menurut Rusdi, perjuangan untuk menggolkan Bang Maing sebagai pahlawan nasional telah dikumandangkan sejak 20 Mei 2003 pada peringatan wafatnyua Bang Maing di TPU Karet Bivak. Jakarta Pusat. Kemudian di follow up-kan oleh Permata (Persatuan Masyarakat Jakarta) dan mendapat respon positif dari gubernur Sutiyoso. Kemudian pada 7 Juli 2004 LKB membentuk kelompok kerja (Pokja) yang terdiri dari Rusdi Saleh, dr Atje Muljadi, Prof Dr Budyatna, Kris Biantoro, Ebet Kadarusman, Ridwan Saidi, dan Alwi Shahab. Pokja ini berjuang untuk menjadikan Ismail Marzuki sebagai pahlawan nasional.
Selain menuntut agar Ismail Marzuki diberi penghargaan gelar Pahlawan Nasional, LKB juga menuntut agar Jalan Prapatan antara jembatan Kwitang sampai Tugu Petani di kiri kanannya diganti menjadi Jl Ismail Marzuki. Mereka juga mengusulkan agar dibangun patung Ismail Marzuki di samping patung Muhammad Husni Thamrin di Jl Thamrin. Pemerintah DKI Jakarta telah mendirikan patung Jenderal Sudirman di Jl Sudirman dan merencakan membangun patung pahlawanan nasional Diponegoro, di Jl Diponegoro, Jakarta Pusat.
Ketika Ismail Marzuki diusulkan sebagai pahlawan nasional, usulan ini telah mendapat dukungan dari para seniman dan pejuang kemerdekaan. Termasuk Yusuf Ronodipuro, mantan dubes RI di Argentina dan sekjen Deppen. Keduanya berjuang bersama saat mendirikan RRI pada masa perjuangan fisik. Menurut Yusuf, pada 1946 ia bersama Ismail naik kereta ke Yogyakarta. Ketika tiba di stasion Yogya pada senja hari, melalui jendela KA Ismail menyaksikan pemandangan yang mengharukan. Dan terciptalah lagu ''Sepasang Mata Bola''
Masih dalam rangka mengenang komponis legendasris ini, menurut Rusdi, LKB merencanakan untuk mendirikan Ismail Marzuki Award. Akan memberikan hadiah dan penghargaan kepada para pencipta lagu berprestasi tiap tahunnya.
No comments:
Post a Comment