Wednesday, March 12, 2008

Pasar Baru, Pasar Gelap Uang Asing

Pasar Baru, Jakarta Pusat, tahun 1920'an terlihat spanduk dalam Belanda yang isinya kira-kira berbunyi : ''Mari datang ke Bata untuk mendapatkan rupa-rupa sepatu.'' Rupanya spanduk ini digelar menjelang tahun pelajaran baru. Bata merupakan salah satu pabrik sepatu terbesar sampai tahun 1970'an. Sepatu buatan Ceko ini ketika itu saingan utamanya HANA. Tapi sayang pabrik sepatu ini kini boleh dikata tidak berproduksi lagi. Bata pabriknya terletak di Jl Kalibata, Jakarta Timur yang sampai kini masih berproduksi dan memiliki ribuan tempat penjualan di mal-mal, supermarket, dan pusat perdagangan.

Pasar Baru pada 1920'an, yang kini tertutup untuk kendaraan kecuali pejalan kaki, ketika itu kendaraan dengan leluasa dapat memasukinya di dua jalan. Terlihat mobil tahun 1920'an diparkir di kiri kanan jalan. Paling depan tampak seorang menggunakan jas dan celana putih-putih kebiasaan kala itu untuk golongan ningrat dengan santai tengah berjalan. Sementara seorang pengendara sepeda tengah melaju ke arah Jl Sawah Besar (kini Jl Kiai Samanhudi). Rupanya mobil tahun 1920'an lebih kecil dibandingkan sekarang.

Di Pasar Baru inilah Toko De Zon (Sinar Matahari) mulai usahanya di sudut kiri jalan raya yang kini telah berkembang di mal dan pertokoan di seluruh Indonesia sebagai kelompok Matahari. Para pedagang di Pasar Baru di samping etnis Tionghoa juga etnis India yang oleh warga Betawi disebut orang Bombay (kini Mumbay). Kedua suku bangsa ini pada tahun 1903 sudah diizinkan tinggal di wijk (daerah kelurahan Belanda). Tio Tek Hong yang pada 1959 berusia 84 tahun dan kelahiran Pasar Baru, menulis bahwa saat berusia 7 tahun ia mulai bersekolah Sekolah Eropa Rendah (Europese Lager School di Schoolweg (kini Jl Dr Sutomo). Dia menceritakan kegemarannya adalah mandi di kali yang kala itu airnya masih jernih.

Ia sering menghanyutkan diri dengan berpegangan kedebong pisang dari Kali Pasar Baru sampai ke Ancol. Kala itu belum ada satupun pedagang kaki lima yang nongol di trotoar Pasar Baru. Di ujung Pasar Baru terdapat Speelhuis atau Gedung Kesenian mempertunjukkan drama atau konser dan hiburan lain, yang dimainkan oleh aktris dan aktor setempat atau permainan opera keliling San Carlo Opera Company dari Italia. Banyak artis Eropa yang kala itu telah mengadakan pertunjukan di Gedung Kesenian. Dulu, seperti juga Glodok, Pasar Baru merupakan pasar gelap penjualan uang dolar. Kalau Anda datang ke mari dan berpakaian agak rapi akan ditawari ...dolar ..., dolar.. dolar secara bisik-bisik. Pada masa Bung Karno karena uang rupiah nilainya sangat jatuh dibandingkan dolar AS, maka pemerintah melarang mengumumkan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

(Alwi Shahab, wartawan Republika )

No comments: