Wednesday, March 12, 2008

De Javasche Bank dan Perang Jawa

Inilah Kantor Pusat De Javasche Bank yang berlokasi di Jakarta Kota. Di zaman Belanda tidak ada bank gemeente (pemerintah). Yang ada bank partikulir alias swasta. Bank pertama yang didirikan adalah De Javasche Bank pada 24 Januari 1828. Ketika itu Perang Diponegoro (1825-1830) tengah berkecamuk. Belanda mengeluarkan ongkos besar untuk biaya perang yang oleh Belanda disebut Perang Jawa.

Untuk itu Belanda pinjam sana-sini termasuk dari luar negeri untuk biaya perang. Pangeran Diponegoro yang heroik baru dapat ditaklukkan setelah Belanda secara licik mengajak ia untuk berunding di Magelang. Lembaga perbankan dirasakan keperluannya. Hanya komisaris bank yang diangkat oleh gubernur jenderal. Sedangkan presiden direkturnya sejak yang pertama sampai yang terakhir dipilih oleh para pemegang saham.

Tanpa dukungan cadangan emas, De Javashe Bank yang tahun 1953 diambil alih oleh pemerintah RI, bank ini mengeluarkan uang kertas dan meminta masyarakat menukarkan uang emasnya. Tentu saja masyarakat tidak mempercayai dan lebih percaya menyimpan uang di bawah bantal. Apalagi ketika itu masyarakat masih menganggap bunga bank adalah haram. Ketika de Javasche Bank diambil alih pemerintah, gubernur jenderal pertamanya adalah Mr Syafrudin Prawiranegara.

Dia dikenal dengan julukan gunting Syafrudin karena menggunting uang kertas seperti lima gulden menjadi dua setengah gulden. De Javasche Bank merupakan perusahaan swasta yang modalnya berasal dari tiga puluh empat pemegang saham. Di era selanjutnya de Javasche Bank diberikan kuasa untuk menjadi perusahaan terbatas (PT) (Limited Liability Company) yang ketika itu disebut Naamlooze Venootschap (NV) berdasarkan ketetapan Peraturan Perdagangan (Commercial Code) yang dikeluarkan di Buitenzorg (Bogor) pada 16 Maret 1881.

De Javasche Bank yang kini menjadi Bank Indonesia sejumlah petingginya kini tengah menghadapi masalah. Mereka kini tengah dimintai keterangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sehubungan aliran dana Rp 100 miliar ke sejumlah anggota DPR, para aparat hukum dan pengacara. Sebagian di antara mereka sudah ditahan dan gonjang-ganjing BI yang sudah berlangsung lebih sebulan jadi isu utama, cukup goyahkan ekonomi dan cadangan devisa RI turun dua juta dolar AS. Kini gedung BI menjadi museum Bank Mandiri.

(Alwi Shahab, wartawan Republika )

No comments: