Sunday, April 20, 2008

Pintu Kecil di China Town

Inilah Pintu Kecil di kawasan Glodok atawa China Town Jakarta Kota. Foto yang diabadikan awal penggantian abad ke-19 ke abad ke-20, Pintu Kecil masih belum dipadati kendaraan bermotor seperti sekarang. Tampak delman di tengah jalan raya, kereta kuda yang mendominasi angkutan penumpang kala itu.

Delman berasal dari nama seorang Belanda FC Th Deelemen yang merancang kereta kuda beroda dua yang populer di Jakarta hingga saat ini. Kini delman sudah merupakan barang langka di jalan-jalan raya. Padahal sampai 1950-an masih merupakan angkutan rakyat. Begitu banyaknya kendaraan yang ditarik oleh kuda, hingga pada masa itu di berbagai tempat di Jakarta terdapat kobongan berbentuk bundar terbuat dari semen yang dalamnya sekitar 75 cm. Berisi rumput dan dedak serta air untuk makanan kuda yang tengah beristirahat.

Beberapa rumah tradisional Tionghoa yang meniru gaya di negaranya kini hampir sirna dan berubah menjadi toko-toko dengan gaya modern. Tapi kini Pemprov DKI berusaha untuk melestarikan yang masih tersisa. Nama pintu kecil berasal dari nama pintu untuk masuk ke benteng Kota Batavia.

Sedangkan jalan raya di dekatnya yang bernama pintu besar merupakan pintu lebih besar menuju benteng. Di kedua pintu ini baik siang maupun malam diadakan penjagaan yang ketat terhadap mereka yang akan keluar masuk.

Karena itu Pintu Kecil dan Pintu Besar terletak di luar kota yang dikellingi tembok (benteng). Sesudah 'pemberontakan' orang Tionghoa pada Oktober 1740 -- tragedi paling berdarah dalam sejarah Jakarta yang menelan korban 10 ribu warga Cina -- VOC atawa kompeni melarang mereka untuk tinggal di dalam kota berbenteng. Baik Pintu Kecil dan Pintu Besar yang terletak di kawasan China Town Glodok terletak di sebelah selatan benteng yang berpusat di Pasar Ikan bersebelahan dengan Museum Bahari yang kala itu merupakan gudang rempah-rempah. Benteng kota Batavia ini telah dihancurkan gubernur jenderal Herman Willem Daendels (1808-1811) karena dianggap sarang penyakit. Gubernur jenderal pengagum Kaisar Napoleon Bonaparte ini kemudian membangun Weltevreden sekitar Gambir dan Lapangan Banteng.

Glodok -- termasuk Pintu Kecil dan Pintu Besar -- dikenal sebagai Wall Street-nya Jakarta karena merupakan pusat bisnis dan perdagangan. Konon sampai 1970-an -- saat-saat bisnis dan perdagangan masih berpusat di Kota -- dari tempat inilah sebagian besar uang beredar.

Alwi Shahab, wartawan /Republika

No comments: