Sunday, April 20, 2008

Kantor Pusat KPM di Noordwijk

Foto ini merupakan gedung kantor pusat KPM (Koninklijke Paketvaard Maatchappij) yang diabadikan 1910. Letaknya sekitar kawasan Noordwijk (kini Jalan Ir Juanda) Jakarta Pusat. Foto ini diproduksi oleh GJC Kolff penerbit dan percetakan terbesar di Nusantara pada masa Hindia Belanda. Sang fotografer mengabadikannya dari Citadel Weg (kini Jalan Veteran I), Jakarta Pusat. Citadel dalam Belanda berarti kubu pertahanan.

Karena dulunya di tempat ini terdapat kubu pertahanan untuk mempertahankan kota Batavia dari musuh yang datang dari arah selatan. Di sebelah kiri gedung yang kini sudah tidak berfungsi lagi terletak jalan kereta api Noordwijk (kini stasion KA Juanda). Terlihat kereta api yang tengah berhenti di stasion tersebut. Sedangkan di sebelah kanan gedung terdapat Wilhelmina Park (Taman Wilhelmina) yang kini menjadi masjid Istiqlal masjid termegah di tanah air. Wilhelmina adalah ratu Belanda dan nenek dari Beatrix, ratu Belanda saat ini.

Pada 1923, KPM yang merupakan salah satu perusahaan terbesar di dunia, pindah dari gedung ini ke Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, yang kini ditempati oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Begitu berjayanya KPM dengan cerobongnya bewarna kuning dan hitam, pada masa itu boleh dikata tidak ada bisnis pelayaran sebesar KPM.

Perusahaan ini dicanangkan pada 1888 dan tiga tahun kemudian (1891) memulai dengan 13 buah kapal uap, makin terus berkembang. Pada 1908, KPM membuka pelayaran ekspres Surabaya - Semarang - Batavia, sebagai bagian dari pelayaran Jawa - Australia. Pada 1915, KPM membuka lini pelayaran Belawan Deli - Selat Cina. Seterusnya dari Belawan Deli ke Ragon (kini Yangon) Birma. Tahun 1927, KPM mengembangkan sayap usahaanya dari Saigon (kini Ho Chin Minh City) ke Maluku secara tetap.

KPM sejak beroperasi (1891) armada kapalnya secara rutin berlabuh di 30 pelabuhan di Indonesia termasuk ke pelabuhan-pelabuhan kecil. Kala itu, dalam masalah pelayaran tidak ada masalah karena armada-armada KPM dapat menyinggahinya. Ketika itu, KPM memiliki armada sebanyak 136 buah dengan jumlah 260 ribu gross ton.

Mengangkut 1,25 juta penumpang dan 3,5 juta ton barang muatan. KPM mulai beroperasi beberapa saat setelah dimulainya kapal uap dan dibukanya Terusan Suez (1869) yang memperpendek pelayaran samudera dari Eropa ke Asia dan Australia. Hingga ikut memodernisasi kota Batavia. Pada 1957, perusahaan pelayaran Belanda ini dinasionalisasi menjadi Pelni.

( Alwi Shahab, wart awan Republika )

No comments: