Wednesday, December 19, 2007

SD Islam Binakheir

Mengawinkan Kurikulum Nasional-Internasional

Ada keistimewaan khusus dari SD Islam Binakheir. Sekolah yang terletak di Jl Tole Iskandar, Depok ini memadukan berbagai unsur terbaik kurikulum nasional terbaru (2006) serta kurikulum internasional yang diadopsi dari lembaga pendidikan berpengalaman dan berprestasi. Adalah SD Islam Lazuardi GIS yang dijadikan acuan, sekaligus penyelia sekolah ini.

SD Islam Binakheir juga menerapkan sistem tritunggal, yaitu bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab. Sekolah ini memadukan antara agama dan sains serta didukung oleh guru-guru yang berpengalaman dan dan bereputasi di dunia pendidikan.

Dalam menyelanggarakan kegiatannya, SD Islam Binakheir memanfaatkan semua temuan mutakhir di bidang pendidikan. ''Antara lain metode contextual learning, quantum learning, accelarated learning, dan paradigma kecerdasan majemuk (multiple intellegences),'' ujar Kepala Sekolah Binakheir, Fauziah Shahab, Senin (3/4).

Kesemuanya mengarah kepada pendidikan partisipatif yang merangsang pengembangan pengembangan wawasan, kreativitas, inisiatif, dan kemampuan siswa. Selain itu juga mengembangkan kepribadian dan akhlak mulia anak dalam suasana yang ramah, akrab lingkungan, dan menyenangkan.

Binakheir School, merupakan bagian dari Yayasan Pendidikan Jamiat Kheir yang berdiri lebih dari satu abad lalu (lihat box). Perguruan Islam yang kini berpusat di Tanah Abang, Jakarta Pusat ini juga memiliki cabang di kota-kota Solo, Pekalongan, dan Surabaya.

Perintis pendidikan Islam modern

Menjelang akhir abad ke-19 di Negeri Belanda terjadi pergolakan politik hebat antara kaum liberal dan konservatif. Dengan bantuan kaum modal (kapitalis), pihak liberal memperoleh kemenangan besar. Apa yang terjadi di negeri Belanda ini besar pengaruhnya di Tanah Air. Karena kaum modal menghendaki agar di Hindia Belanda dijalankan ekomomi liberal, yakni kebebasan berusaha dan berniaga.

Yang paling merasakan perubahan ini tentunya Batavia. Akibat berbondong-bondongnya modal swasta, baik dari Belanda, Eropa laibnnya, bahkan juga AS. Untuk melancarkan administri pemerintahan dan modal asing, pemerintah kolonial memerlukan tenaga terdirik. Maka dibangunlah sekolah-sekolah. Sayangnya Belanda melakukan diskriminasi. Khususnya pada kaum Muslimin dan anak-anak mereka. Sementara Islam sering dilecehkan.

Karena itulah, pada awal 1901, secara diam-diam sejumlah habib dan kiai mendirikan Jamiatul Kheir. Lembaga Islam ini lahir untuk menjawab ketimpangan pendidikan waktu itu. Lembaga pendidikan Islam ini mendapat dukungan luas dan dengan cepat menjadi terkenal. Para murid bukan hanya dari Jakarta, tapi juga berbagai tempat di Indonesia.

Jamiat Kheir boleh dikatakan merupakan lembaga pendidikan Islam modern pertama di Indonesia. Sebelumnya hanya berbentuk pengajian dari rumah ke rumah. Lembaga ini mula-mula berdiri di Pekojan, Jakarta Barat, yang kala itu sebagian besar penghuninya keturunan Arab. Setelah berjalan dua tahun, pada 1903 Jamiat Kheir meminta izin resmi pada pemerintah Hindia Belanda.

Karena dicurigai, izin tidak berjalan mulus. Baru pada 1905 keluar pengesahan dari pemerintah keolonial. Itu pun dengan syarat tidak boleh mendirikan cabang di lain tempat. Karena itu, cabang-cabangnya di Solo, Pekalongan, dan Surabaya muncul dengan nama lain. Karena tujuannnya untuk mencerdaskan umat, sejumlah tokoh Islam bergabung dengan Jamiat Kheir. Seperti HOS Tjokroaminoto (Syarikat Islam), KH Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), dan H Agus Salim.

Jamiat Kheir juga ikut menggaungkan gerakan Pan Islam dari Sayid Jamaluddin Al-Afghani, Syeikh Muhammad Abduh, dan Sayid Rasyid Riudha. Dengan mendatangkan majalah-majalah dari Timur Tengah. Pada Oktober 1919, Jamiat Kheir pindah ke Tanah Abang, hingga kini.

Visi yayasan Jamiat Kheir adalah menjadi lembaga dakwah dan pendidikan Islam yang unggul serta menghasilkan anak didik berwawasan Islam yang menguasai ilmu pengetahuan. Sedangkan misinya menyiarkan agama Islam dan pengajaran bahasa Arab.

No comments: